MarketNews.id Harga CPO di semester kedua tahun ini diperkirakan masih tetap tinggi meskipun kondisi ketidakpastian terkait dengan makroekonomi dan geopolitik.
Meskipun begitu, produsen CPO harus lebih menyiapkan diri menghadapi perubahan yang cepat terkait pasar global yang masih belum stabil. PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) sepanjang semester pertama tahun ini berhasil meningkatkan laba bersih hingga 113 persen dibandingkan tahun lalu. Capaian ini terjadi lantaran perseroan menjaga kinerja produktivitas optimal di semua lini produksi.
Pada semester I 2022, PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) mengantongi laba bersih sebesar Rp178,01 miliar. Jumlah ini meningkat 113,3% atau naik dua kali lipat dari capaian di semester I 2021 dimana saat itu capaian laba bersihnya Rp83,45 miliar.
Iqbal Prastowo Corporate Secretary CSRA mengungkapkan, hingga semester I-2022, pendapatan neto melonjak 34,1 persen di tengah mulai turunnya harga CPO menjadi Rp521,54 miliar dari Rp388,88 miliar dibandingkan semester I-2021.
Selain kemampuan dalam menjaga kinerja produktivitas optimal di semua lini produksi, pencapaian ini diakibatkan oleh tingginya produksi TBS (taman buah segar) internal yang lebih ekonomis, serta lebih rendahnya pembelian TBS dari eksternal.
“Beban keuangan dan beban lainnya tetap terkendali sehingga mencatatkan laba kotor pada yang menguat 74,6 persen menjadi Rp349,12 miliar dari sebelumnya Rp199,96 miliar,” ujar Iqbal dalam keterangannya, Selasa 9 Agustus 2022.
Iqbal menambahkan, pasar global saat ini dibanjiri dengan produk minyak nabati dari Amerika dan Eropa, ditengah pelemahan permintaan terkait adanya isu resesi. Konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan juga menyumbangkan faktor risiko volatilitas harga di tahun 2022-2023. Sebagai komoditas, harga CPO memang sangat tergantung dari kondisi penawaran dan permintaan di seluruh dunia.
“Harga jual rata-rata menunjukkan tren yang terus meningkat sejak tahun 2020 hingga mencapai nilai tertinggi secara historis di bulan Maret 2022 yang lalu,” ulasnya.
Walaupun harga CPO saat ini masih dalam harga keekonomian, kondisi yang fluktuatif ini harus menjadi perhatian. Perusahaan memandang perlunya memperkuat prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.
“Pada semester kedua kondisi ketidakpastian terkait dengan isu makroekonomi dan geopolitik kemungkinan masih bertahan, sehingga perusahaan akan tetap prioritas untuk memperkuat pertumbuhan organik,” ulasnya.