MarketNews.id Indonesia memang bukan lagi termasuk negara produsen minyak. Tapi produksi hasil minyak mentah Indonesia masih jadi sumber devisa meskipun Indonesia tetap harus mengimpor minyak dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik. Pendapatan Pemerintah dari hasil ekspor minyak mentah masih jadi patokan Pemerintah dalam menentukan pendapatan negara.
Perkiraan harga minyak mentah dunia, terutama jenis Brent dan WTI masih bergerak pada kisaran USD100 sampai dengan USD110 per barel. Dengan memerhatikan proyeksi dan pergerakan harga minyak mentah dunia terutama jenis Brent serta mempertimbangkan faktor risiko ke depan, Kementerian Keuangan memprediksi rata-rata ICP (minyak mentah Indonesia) tahun 2022 diperkirakan pada kisaran USD95 sampai dengan USD105 per barel.
“Rata-rata harga minyak mentah sepanjang tahun 2022 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 seiring dengan peningkatan permintaan minyak mentah yang didorong oleh pemulihan ekonomi global setelah meredanya pandemi Covid-19,” dikutip dari dokumen Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan APBN Semester I Tahun 2022, Selasa 5 Juli 2022.
Masih tingginya tensi geopolitik juga turut memengaruhi pasokan minyak mentah global sehingga akan berpengaruh pada pergerakan harga minyak mentah dunia di sepanjang tahun 2022. Secara umum, pergerakan harga minyak mentah pada semester II tahun 2022 diperkirakan masih berada pada level yang tinggi seiring dengan perbaikan permintaan global.
Dari sisi produksi, beberapa faktor dapat memengaruhi ketidakpastian pasokan energi, di antaranya sanksi Eropa terhadap Rusia, keputusan produksi OPEC , serta produksi minyak AS. Peningkatan harga minyak mentah dunia akan didorong oleh naiknya permintaan minyak mentah dikarenakan pulihnya aktivitas industri, penerbangan, dan mobilitas masyarakat global.
Tingkat permintaan minyak mentah diperkirakan tumbuh positif meskipun masih dibayangi oleh penurunan prospek pertumbuhan ekonomi, terutama Tiongkok dan AS.
Pada laporan Energy Information Administration – EIA Juni 2022, konsumsi minyak global diperkirakan mencapai 99,6 juta barel per hari (bph) di sepanjang tahun 2022 atau meningkat dari tahun 2021 sebanyak 2,3 juta bph.
Di sisi produksi, EIA juga memperkirakan tingkat produksi tetap tumbuh positif mencapai 100,1 juta bph, naik dari tahun 2021 sebesar 95,5 juta bph. Meskipun begitu, kondisi ini masih dibayangi risiko ketatnya stok minyak global akibat beberapa negara OPEC yang sudah mencapai kapasitas maksimal untuk kembali meningkatkan produksi minyak guna mengompensasi berkurangnya suplai minyak dari Rusia.
“Melihat kondisi penawaran dan permintaan tersebut, harga minyak di sepanjang semester II diperkirakan cenderung bergerak menurun meskipun ketidakpastian dari sisi konsumsi dan produksi masih tinggi,” ujar laporan tersebut.