Home / Otoritas / Bank Indonesia / Bank Dunia Revisi Pertumbuhan Ekonomi Global Dari 5,7 Persen Jadi 2,9 Persen.

Bank Dunia Revisi Pertumbuhan Ekonomi Global Dari 5,7 Persen Jadi 2,9 Persen.

Marketnews.id Risiko perekonomian global telah bergeser dari pendemi ke potensi krisis energi, pangan dan keuangan. Akibat dari pergeseran risiko di atas, Bank Dunia merevisi proyek pertumbuhan ekonomi global dari sebelumnya sebesar 5,7 persen jadi 2,9 persen di tahun 2022 ini.

Hampir semua negara maju yang di wakili Amerika dan Eropa termasuk China alami kontraksi pertumbuhan akibat inflasi yang begitu tinggi akibat langkanya energi, pangan dan keuangan serta konflik Rusia- Ukraina. Buat Indonesia salah satu nya akan sangat bergantung kemampuan Pemerintah untuk tetap mempertahankan subsidi energi yang sudah dijaga selama ini agar tidak menjadi sumber pemicu utama inflasi.

Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan melambat signifikan dari 5,7% di tahun 2021 menjadi hanya 2,9% di tahun 2022. Sementara itu IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebanyak 0,8 poin persentase (pp) di bulan April lalu. Penurunan proyeksi ini dipicu oleh eskalasi berbagai risiko global yang saat ini terjadi.


Berbagai risiko global mengalami peningkatan, khususnya pasca terjadinya perang di Ukraina. Konflik geopolitik tersebut telah membuat tekanan inflasi global semakin persisten, terutama didorong oleh lonjakan harga komoditas energi dan pangan serta disrupsi suplai.


Upaya berbagai negara untuk mengendalikan inflasi melalui pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat dan tajam seperti Amerika Serikat juga berpotensi menciptakan pengetatan likuiditas global dan mendorong kenaikan biaya pinjaman (cost of fund). Hal tersebut turut membuat prospek pemulihan ekonomi global ke depan dibayangi oleh tantangan yang besar.


Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh Bank Dunia terjadi secara luas di berbagai negara, baik kelompok negara maju maupun berkembang. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2022 untuk Zona Eropa sebagai episentrum konflik geopolitik mengalami revisi ke bawah sebanyak 1,7 pp (dari 4,2% menjadi 2,5%), dengan pertumbuhan Rusia diproyeksi akan mengalami kontraksi 8,9% atau turun sangat dalam 11,3 pp dari prediksi sebelumnya.


Dua perekonomian terbesar dunia, yakni AS dan Tiongkok, juga turut mengalami penurunan proyeksi pertumbuhan untuk tahun 2022 masing-masing 1,2 pp dan 0,8 pp. Di kelompok negara berkembang, India, Meksiko, dan Thailand juga mengalami penurunan proyeksi yang cukup signifikan yakni 1,2 pp, 1,3 pp, dan 1,0 pp.


Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang paling resilien. Sebab Bank Dunia memprediksi akan berada di tingkat 5,1% di tahun 2022 atau hanya turun 0,1 pp dari proyeksi sebelumnya.

Proyeksi ini masih berada dalam kisaran outlook Pemerintah yakni 4,8% – 5,5%. Dalam laporan Global Economic Prospect (GEP) June 2022 tersebut, Bank Dunia mengemukakan bahwa perekonomian Indonesia akan mendapat dorongan dari kenaikan harga komoditas.


“Perekonomian Indonesia terus menunjukkan resiliensi di tengah gejolak global yang terjadi. Selain menjadi salah satu dari sedikit negara yang dapat mengembalikan output ke level prapandemi sejak tahun 2021, kinerja ekonomi domestik di tahun ini juga terus menguat antara lain didukung situasi pandemi yang terus terkendali,” jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dalam keterangan resminya, Rabu 8 Juni 2022.


Situasi pandemi yang kondusif menjadi salah satu prasyarat penting agar kepercayaan masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi sosial terus terjaga. Salah satu cara yang akan terus ditempuh adalah mendorong vaksinasi yang kini sudah mencapai 74,2% populasi untuk dosis pertama dan 62,1% untuk dosis lengkap.


“Saat ini, risiko perekonomian global telah bergeser dari krisis pandemi ke potensi krisis energi, pangan, dan keuangan. Pemerintah Indonesia akan terus menjaga agar kinerja ekonomi domestik terus menguat meski di tengah berbagai tantangan global,” tutup Febrio.


APBN juga akan terus diarahkan untuk menjadi instrumen penting merespon dinamika ekonomi yang terjadi, termasuk menjadi peredam syok (shock absorber).

Di tengah peningkatan risiko global, APBN akan terus diarahkan untuk memastikan terlindunginya daya beli masyarakat khususnya kelompok yang rentan serta terjaganya pemulihan ekonomi.

Check Also

Kilang Pertamina Internasional Hasilkan Dekarbonisasi 430 Ribu Ton CO2 Eq

MarketNews.id-Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 atau lebih cepat merupakan program yang perlu mendapatkan dukungan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *