Marketnews.id Banyak cara untuk mengantar sebuah perusahaan ke lantai bursa. Seperti diketahui, keberhasilan menjual saham di Bursa lewat IPO ditentukan banyak faktor. Salah satunya adalah branding dan sosialisasi masif untuk membentuk opini publik bahwa saham emiten baru layak dibeli.
Penawaran Saham Perdana (IPO) GoTo yang akan digelar awal April ini, tidak lepas dari isue miring alias informasi negatif. Untuk itu, tidak heran bila media asing ikut mempublikasikan rencana IPO GoTo go Public. Menurut media tersebut sudah ada dua investor yang berminat untuk beli saham Go To di pasar perdana.
GoTo Group, perusahaan teknologi terbesar di Indonesia, telah menerima pesanan investor yang cukup untuk penawaran umum perdana (IPO) yang dapat mengumpulkan setidaknya US$1,1 miliar dalam kisaran harga yang ditargetkan, dua sumber yang mengetahui situasi tersebut mengatakan pada Kamis 24 Maret 2022.
Sumber tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena tidak berwenang untuk berbicara kepada media, mengatakan penawaran tersebut mendapat dukungan dari investor jangka panjang, seperti unit manajer dana Schroders dan Eastspring Investments di Indonesia.
GoTo, dibentuk tahun lalu oleh penggabungan perusahaan ride-hailing-to-payment Gojek dan pemimpin e-commerce Tokopedia, mengejutkan beberapa investor dan analis ketika meluncurkan proses IPO minggu lalu, karena dianggap menantang turbulensi di pasar ekuitas global.
Penawaran GoTo menarik permintaan institusional yang kuat dalam proses book-building meskipun volatilitas pasar global di tengah krisis Rusia-Ukraina dan selera investor yang lemah untuk saham teknologi yang telah memukul saham teknologi di Asia Tenggara.
Benarkah investor asing siap menyerap IPO GoTo. Banyak spekulasi dan analisis dari pelaku bursa bahwa emisi terbesar ini akan meraih sukses dan sudah juga calon emiten baru yang akan menerapkan model GoTo dalam berproses IPO.
GoTo menolak berkomentar soal hal itu. Tidak ada tanggapan segera atas permintaan komentar Reuters yang dikirim ke unit Schroders dan Eastspring Investments Indonesia di luar jam kerja Asia.