Marketnews.id Lazimnya, perusahaan atau emiten baru pada tahun pertama sejak IPO akan menampilkan kinerja keuangan ciamik. Jarang didapati emiten baru di tahun pertama setelah IPO Justru berkinerja negatif dibanding sebelum IPO.
PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) dalam laporan keuangan tahun buku 2021 justru mengalami penurunan pendapatan dan berdampak pada penurunan laba bersih yang diraih. Fakta ini menjawab, pertanyaan mengapa harga saham ADCP terus menurun dan sulit bergerak lebih tinggi dibandingkan saat pertama kali dicatatkan di BEI.
Sepanjang 2021, pendapatan usaha PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) tercatat melorot menjadi Rp563,69 triliun, padahal setahun sebelumnya perseroan masih mampu membukukan pendapatan senilai Rp977,22 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan ADCP yang dikutip Senin 21 Maret 2022, penurunan pendapatan tersebut telah menekan perolehan laba bersih perseroan di sepanjang 2021 menjadi Rp130,36 miliar atau lebih rendah dibanding setahun sebelumnya yang sebesar Rp133,25 miliar.
Namun, manajemen ADCP bisa menekan beban pokok pendapatan untuk Tahun Buku 2021 menjadi Rp416,88 miliar dari Rp801,58 miliar pada 2020. Sehingga, laba bruto di 2021 menjadi senilai Rp146,81 miliar atau masih lebih rendah dibanding perolehan di 2020 yang sebesar Rp175,64 miliar.
Sementara itu, laba sebelum pajak penghasilan yang dicatatkan ADCP untuk periode yang berakhir 31 Desember 2021 adalah senilai Rp130,363 miliar. Dengan jumlah beban pajak untuk Tahun Buku 2021 yang hanya senilai Rp3 juta, maka laba tahun berjalan ADCP pada tahun lalu menjadi senilai Rp130,36 miliar.
Adapun besaran laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk untuk periode yang berakhir 31 Desember 2021 juga sebesar Rp130,36 miliar. Sebagaimana diketahui, laba bersih ADCP pada 2020 sebesar Rp133,25 miliar.
Per 31 Desember 2021, total liabilitas ADCP tercatat melambung menjadi Rp3,88 triliun dari Rp2,71 triliun per 31 Desember 2020. Sedangkan, total ekuitas hingga akhir Desember 2021 tercatat senilai Rp2,1 triliun atau lebih tinggi dibanding posisi per akhir Desember 2020 yang senilai Rp1,97 triliun.