Home / Otoritas / Bank Indonesia / Pefindo : Penerbitan Surat Utang Korporasi Di 2022 Diperkirakan Mencapai Rp 152 Triliun

Pefindo : Penerbitan Surat Utang Korporasi Di 2022 Diperkirakan Mencapai Rp 152 Triliun

Marketnews.id Membaiknya perekonomian dengan proyeksi pertumbuhan lebih dari lima persen di 2022, membuat optimisme dunia usaha untuk melakukan ekspansi. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan, permintaan pendanaan buat ekspansi usaha juga ikut meningkat atau minimal sama dengan jumlah surat utang yang diterbitkan dalam tahun ini.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi 2022 berkisar Rp102,4 triliun hingga Rp151,2 triliun, sedangkan realisasi hingga akhir 2021 diprediksi sekitar Rp109,9 triliun-Rp133,6 triliun.


Proyeksi tersebut disampaikan Direktur Pefindo, Hendro Utomo, dalam konferensi pers “Media Forum Pefindo” di Jakarta, Kamis, 16 Desember 2021.

“Penerbitan surat utang akan ada di kisaran Rp102,4 triliun-Rp151,2 triliun, dengan kecenderungan ke atas yang mendekati proyeksi optimistis kami,” kata Hendro.


Lebih jauh Hendro menyebutkan, besaran proyeksi penerbitan surat utang korporasi pada 2022 seiring dengan jumlah surat utang yang akan jatuh tempo tahun depan sebesar Rp150,9 triliun, didasari data per 30 November 2021.


Hendro merincikan, nilai jatuh tempo surat utang korporasi 2022 mencapai Rp21,3 triliun pada kuartal pertama. Sedangkan, pada kuartal II-2022 sebesar Rp43 triliun dan kuartal ketiga dan keempat masing-masing Rp45,6 triliun dan Rp41 triliun.


Adapun persentase nilai jatuh tempo surat utang korporasi berdasarkan industri, tercatat perbankan mencapai 16,9 persen, perusahaan pembiayaan 15,57 persen, lembaga keuangan khusus sebesar 10,12 persen, telekomunikasi 8,92 persen, konstruksi 7,35 persen dan selebihnya industri pulp and paper, listrik dan energi, pembiayaan dan lain-lain.


Lebih lanjut Hendro mengatakan, realisasi penerbitan surat utang korporasi per 30 November 2021 sudah mencapai Rp98,14 triliun atau lebih besar dibanding periode yang sama pada 2020 senilai Rp84,45 triliun. “Jumlah penerbitan terbesar terjadi pada September 2021 yang mencapai Rp16,42 triliun,” ujarnya.


Hendro menyampaikan bahwa mandat pemeringkatan yang diterima Pefindo menunjukkan penerbitan obligasi yang belum terealisasi mencapai Rp42,4 triliun per 30 November 2021. Jumlah tersebut didominasi perusahaan pembiayaan sebesar 17,22 persen (Rp7,3 triliun), pertambangan 14,15 persen (Rp6 triliun) dan konstruksi 13,74 persen (Rp5,83 triliun).

Check Also

Laba ABMM Anjlok 51,9 Persen Jadi USD139,36 Juta Di 2024

MarketNews.id-ABM Investama (ABMM), alami penyusutan pendapatan sedalam 19,5 persen secara tahunan menjadi USD1,2 miliar pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *