Marketnews.id Alih alih pemegang saham perdana PT DayinMitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel dapat gain saat pencatatan perdana. Ternyata harapan itu pupus. Bukan gain yang didapat, tapi malah loss yang diperoleh.
Hingga pukul 14 hari ini, 25 Nopember 2021, harga saham MTEL berada di posisi Rp 770 per saham. Bandingkan dengan harga perdana sebesar Rp 800. Saham ini loss Rp30 per saham.
Melihat fenomena di atas, wajar bila manajemen berencana akan memberikan dividen buat tahun buku 2021 dengan rasio 70 persen dari laba bersih dengan catatan di setujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan digelar pada Maret 2022 mendatang.
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel berencana membagikan dividen dengan rasio maksimum sebesar 70% dari keuntungan tahun buku 2021. Rasio dividen tersebut akan diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) Maret 2022.
Drektur Investasi Mitratel Hendra Purnama menyampaikan, rasio dividen Mitratel akan berada di level maksimum 70%. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan rasio dividen emiten operator tower lain dalam kisaran 50%-70%.
“Jadi, dividen rasio ditetapkan maksimum di 70%. Dividennya berapa dan akan dibayarkan kapan, nanti diputuskan pada RUPS yang diadakan setelah Maret 2022 tepatnya setelah laporan keuangan keluar,” jelas Hendra di acara Coffee Chat, di Jakarta, Rabu, 24 Nopember 2021.
Selain menebar dividen yang kompetitif, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), tersebut berencana melanjutkan ekspansi ke sektor digital infrastruktur. Bahkan, internet of things (IoT) sudah ada di Menara milik Mitratel.
Lebih lanjut, Hendra mengatakan, Mitratel akan terus mengikuti kebutuhan IoT lainnya yang bisa dipasarkan di menara Mitratel untuk keperluan bisnis, seperti Artificial Intelligence ( AI) dan lain-lain yang bakal masuk setelah 5G. Saat ini, 5G mulai banyak digunakan melalui fiber optic .
“Kami juga akan masuk ke komputasi tepi ( edge computing ). Ini salah satu area yang sedang dikembangkan. Edge computing itu seperti mini data center yang berlokasi di area menara telekomunikasi dengan fungsi macam-macam, seperti IoT yang diterapkan di beberapa negara di Eropa dan Amerika. Edge computing juga bisa digunakan untuk memproses autonomus vehicle ,” urai Hendra.
Jika di Indonesia, ia mencontohkan, voice instruction layaknya Siri atau My Google. Dengan menggunakan edge computing , responsnya akan lebih cepat, dibandingkan diletakkan di data center . Produk-produk semacam itu akan tersedia di masa depan.
“Jadi, kompetisi pada area layanan. Perseroan bukan home meeting atau melakukan pemotongan harga atau diskon, tetapi service dan fiber optic ,” ujarnya.
Mitratel juga memiliki banyak menara Mitratel yang tersebar baik di Jawa maupun di luar Jawa yang telah dilengkapi solar panel . Sehingga bagi beberapa area yang listriknya terbatas atau belum memiliki seluler listrik, maka solar panel akan dapat digunakan.
Di samping ada pula yang memakai genset.
Hendra menyebut bahwa Mitratel memasang solar panel di hampir 600 tower , sehingga hal tersebut menjadi keunggulan perseroan di area-area tertentu. Artinya, Mitratel tidak hanya menggunakan pasokan listrik PLN, tetapi juga berupaya meningkatkan nilai Environmental, Social and Corporate Governance (ESG).
“Jadi kita akan fokus sesuai dengan yang kita sampaikan dengan performance sebaik-baiknya. Kita percaya hasil kinerja kita di tahun ini akan bagus sesuai target. Jadi itu adalah salah satu Key Performance Index (KPI) dari manajemen,” pungkas Hendra.