Marketnews.id Setelah bertransformasi dan fokus melayani nasabah rtiel dan mass market, Bank Jago telah mencatatkan beberapa Pertumbuhan positif khususnya dalam penyaluran kredit.
Pertumbuhan kredit yang tinggi berdampak pada pendapatan bunga yang meningkat hingga 478 persen jadi Rp355 miliar. Bank ini semakin membumi setelah terintegrasi dengan aplikasi reksadana online dan super app Gojek.
Bank Jago Tbk (ARTO) menyatakan, kinerja penyaluran kredit hingga kuartal III 2021 melonjak signifikan. Tercatat penyaluran kredit hingga akhir September 2021 mencapai Rp3,73 triliun atau melonjak 502 persen dari periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Kharim Siregar, Direktur Utama ARTO, mengatakan pertumbuhan kredit terutama terjadi di kuartal III dengan kenaikan sebesar Rp1,56 triliun dari posisi kuartal sebelumnya.
Diyakini kedepan angka penyaluran kredit akan terus tumbuh seiring dengan fokus perusahaan menyalurkan pembiayaan di segmen ritel dan mass market dengan memanfaatkan teknologi digital.
“Persentase kenaikannya terlihat tinggi karena kami berangkat dari baseline yang rendah. Tapi kami melihat kemajuan bisnis yang konsisten dari waktu ke waktu. Kami akan menjaga momentum ini dengan terus memperluas kolaborasi dan integrasi dengan ekosistem digital,” kata Kharim dalam keterangannya, Jumat, 22 Oktober 2021.
Lebih jauh dikatakan, pertumbuhan kredit yang besar tersebut berdampak pada pendapatan bunga yang meningkat 478 persen menjadi Rp355 miliar.
Sementara itu, beban bunga hanya terkerek 104 menjadi Rp38 miliar. Hal ini menghasilkan pendapatan bunga bersih senilai Rp318 miliaratau tumbuh 640 persen.
“Net interest margin (NIM) kini berada di angka 6,1 persen atau lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,4 persen,” lanjut dia.
Lebih lanjut, saat ini aplikasi Jago telah terintegrasi dengan aplikasi reksadana online Bibit.Id dan super app Gojek. Integrasi ini mempermudah konsumen untuk mengakses produk dan layanan jasa keuangan secara seamless, mudah, cepat dan aman.
Selain berkolaborasi dengan Bibit dan Gojek, Jago juga bekerjasama dengan sejumlah fintech lending, multifinance dan institusi keuangan lain berbasis digital.
Pola kerjasama pembiayaan (partnership lending) ini memampukan Jago untuk ekspansif namun dengan pengelolaan risiko yang lebih terkendali. Hal ini tercermin pada rasio kredit bermasalah (NPL) yang berada di level 0,6 persen.
“Pencapaian ini mengonfirmasi bahwa bisnis model kami sudah tepat. Implementasi konsep kolaborasi dengan ekosistem digital dalam melayani nasabah terbukti membuat kami tumbuh anorganik, efektif dan cepat,” pungkas Kharim.