Marketnews.id Kinerja emiten produsen batubara dalam semester pertama tahun ini berbalik positif. Bila tahun lalu bisnis batubara tertekan lantaran produksi menurun, harga jatuh dan kurs lemah. Kini, dalam semester pertama tahun ini, kinerja emiten produsen batubara mulai membaik. Harga jual meningkat signifikan, sementara pasokan berkurang dari kompetitor. Akibatnya emiten batubara nasional mendapat berkah dari kenaikkan harga batubara.
PT Indika Energy Tbk (INDY) berhasil mencatat laba Inti sebesar USD55,8 juta pada semester I 2021. Capaian ini meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang hanya mencatat laba inti USD6,5 juta.
Sementara itu untuk laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat menjadi USD12 juta, dibandingkan rugi bersih sebesar USD21,9 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Catatan positif ini dipicu oleh peningkatan kinerja anak-anak perusahaan INDY.
Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan Group CEO Indika Energy, menjelaskan capaian positif tersebut juga didorong oleh peningkatan permintaan dan perbaikan harga batubara mendongkrak kinerja Indika Energy secara keseluruhan. Lebih lanjut, Perseroan juga terus melakukan diversifikasi usaha pada sektor non-batubara. Untuk pendapatan yang dikantongi perseroan yaitu USD1.287,9 juta atau meningkat 14,1 persen dari USD1.128,9 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Peningkatan pendapatan terutama berasal dari PT Kideco Jaya Agung (Kideco) yang mencatat kenaikan harga jual rata-rata batubara sebesar 21,9 persen dari USD39,8 menjadi USD48,6 per ton. Kideco juga mencatat kenaikan volume penjualan batubara sebesar 8,5 persen dari 16,6 juta ton menjadi 18,1 juta ton,” ujar Azis dalam siaran persnya, Senin (2/8).
Dijelaskan, peningkatan pendapatan INDY juga dikontribusikan oleh PT Petrosea Tbk (PTRO) yang mencatat kenaikan 9,9 persen berkat meningkatnya kinerja di bidang kontrak pertambangan. Demikian pula perusahaan tambang batubara PT Multi Tambangjaya Utama ( MUTU ) sebesar 75,1 persen yang disebabkan kenaikan volume penjualan batubara dari 0,6 juta ton menjadi 0,9 juta ton pada 6M 2021.
MUTU juga mencatat kenaikan harga jual rata-rata batubara sebesar 30,4 persen dari USD63,1 menjadi USD82,3 per ton pada semester I 2021. Sementara itu perusahaan lainnya seperti perusahaan transportasi dan logistik laut PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS), dan perusahaan logistik terintegrasi PT Interport Mandiri Utama (Interport) juga berkontribusi positif terhadap meningkatnya pendapatan Perseroan.
Terkait dengan posisi kas, setara kas dan aset keuangan lain perseroan mencapai USD756,6 juta. Realisasi biaya modal (capital expenditure) pada periode ini sebesar USD37,0 juta, dimana USD26,6 juta diantaranya digunakan untuk pemeliharaan dan penggantian aset Petrosea dan USD4,2 juta digunakan MBSS untuk pemeliharaan kapal.
“Sepanjang enam bulan pertama di tahun 2021 perseroan berhasil mencatatkan kinerja yang solid dan mencapai target produksi batubara yang ditetapkan. Meningkatnya permintaan dan terbatasnya pasokan batubara telah meningkatkan harga jual rata-rata batubara yang turut berperan dalam peningkatan laba bersih perseroan,” lanjutnya.
Azis melihat situasi ekonomi global akibat pandemi masih cukup menantang, sehingga memacu Perseroan untuk lebih adaptif dan tangkas dalam melihat peluang usaha. Sejak 2018, Indika Energy telah melakukan diversifikasi di luar sektor inti kami di bidang energi dan pertambangan.
Hal ini sejalan dengan tujuan eksistensi kami untuk memberi energi pada Indonesia demi masa depan yang berkelanjutan. Investasi diversifikasi Indika Energy kini meliputi tambang emas, teknologi digital, energi baru dan terbarukan, kendaraan motor listrik, juga solusi berbasis alam atau nature-based solutions.
“Indika Energy menargetkan 50 persen pendapatan dari sektor non-batubara pada tahun 2025 dan saat ini kami terus mengembangkan portofolio diversifikasi kami,” tuturnya.