Marketnews.id Harga minyak yang terus meningkat belakangan ini, tampak mulai terganjal oleh sikap anggota OPEC Plus yang masih bersitegang soal proposal peningkatan produksi minyak sebesar dua juta barel per hari hingga akhir tahun ini. Senin lusa, pertemuan OPEC Plus akan dimulai kembali. Mampukah harga minyak kembali meningkat.
Posisi harga minyak sedikit turun pada perdagangan akhir pekan ini. OPEC Plus menunda pertemuan untuk menentukan besaran produksi setelah UEA dikabarkan menolak keras proposal kenaikan produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari hingga akhir tahun.
OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC Plus kecuali Uni Emirat Arab menyetujui pelonggaran pemotongan dan perpanjangannya hingga akhir tahun depan, menurut Reuters mengutip sumber OPEC Plus. UEA mengatakan perpanjangan itu bersyarat untuk merevisi besaran produksi dasarnya, Reuters melaporkan.
Para menteri OPEC Plus mengakhiri pertemuan Jumat tanpa kesepakatan dan mereka akan bertemu lagi pada Senin mengenai kebijakan produksi minyak, Brian Sullivan dari CNBC melaporkan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menetap 7 sen lebih rendah ke harga $75,16 per barel, setelah melonjak 2,4% pada hari Kamis untuk ditutup pada level tertinggi sejak Oktober 2018. Minyak mentah berjangka Brent tidak berubah pada harga $75,84 per barel, setelah naik 1,6% pada hari Kamis.
“Pasar dalam posisi menunggu dan melihat (keputusan) OPEC di sini,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York. “Kita harus melihat di mana Saudi ingin keluar dalam hal menyatukan kelompok itu.”
Kontrak harga minyak WTI dan Brent naik pada hari Kamis setelah sumber OPEC Plus mengatakan kelompok itu bertujuan untuk menaikkan produksi kurang dari yang diharapkan dan mundur ketika UEA menentang proposal tersebut, yang juga termasuk memperpanjang pakta produksi hingga akhir 2022.
“Jika aliansi retak dan pecah … pasar minyak bisa jatuh ke dalam kejatuhan harga yang sangat mirip dengan yang disaksikan ketika Rusia ‘meninggalkan’ OPEC Plus pada pertemuan Maret 2020 dan memicu perang harga,” kata Louise Dickson, analis pasar minyak di Rystad Energi.
WTI berada di jalur kenaikan mingguan 1,3% di akhir pekan ini. Pasar minyak mentah AS diperkirakan akan mengetat karena peningkatan kilang untuk memenuhi permintaan bensin yang pulih.
Sementara Brent menuju penurunan mingguan 0,5% pada minggu ini, mencerminkan kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar di beberapa bagian Asia di mana kasus varian Delta COVID-19 yang sangat menular melonjak.
Analis dari Citigroup mengatakan mereka tidak mengharapkan WTI naik ke harga premium terhadap Brent karena mereka memperkirakan produksi minyak AS akan meningkat pada akhir 2021 dan tumbuh lebih lanjut pada 2022.