Marketnews.id Dimasa pendemi Covid-19 seperti saat ini, mencari pendanaan untuk pengembangan usaha memang agak sulit. Apalagi bila sektor usaha perusahaan termasuk usaha yang terpapar pendemi Covid-19.
PT Bumi Resources Minerals Tbk, jauh hari telah menyiapkan sumber pendanaan agar tetap dapat melakukan ekspansi usaha ditengah pendemi ini. Melalui penerbitan saham baru, perusahaan yang bergerak dibidang tambang dan energi ini telah rampung menyelesaikan proses penawaran terbatas alias rightissue senilai Rp 1,6 triliun. Seluruh dana hasil penawaran terbatas ini akan digunakan untuk mengembangkan usaha.
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) melaporkan, perseroan telah menyelesaikan proses Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PM-HMETD) alias rights issue, dengan perolehan dana mencapai Rp1,6 triliun.
Menurut Direktur Utama BRMS, Suseno Kramadibrata dalam keterbukaan informasi yang disampaikan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) di Jakarta, Senin (19/4), seluruh pemegang saham BRMS per 30 Maret 2021 telah melaksanakan haknya dengan membeli saham baru yang diterbitkan melalui PM-HMETD.
Sesuai jadwal pelaksanaan rights issue, kata Suseno, BRMS telah memperoleh dana sebesar Rp1,6 triliun dari jumlah saham sebanyak 93,9 miliar lembar. “Keberhasilan pelaksanaan PM-HMETD ini menandakan adanya kepercayaan dari para pemegang saham terhadap perusahaan kami,” ucap Suseno.
Lebih jauh Suseno menyebutkan, sebesar USD23 juta dari dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk membiayai pelaksanaan pengeboran di beberapa prospek emas di Poboya, Palu, Sulawesi Tengah.
“Kami berharap untuk mendapatkan tambahan sekitar 15-20 juta ton cadangan dan sumber daya bijih emas di area tersebut. Hasil pengeboran ini akan disampaikan di Kuartal IV-2021 dan selanjutnya di Kuartal II-2022,” tutur Suseno.
Selain itu, ujar Suseno, perseroan akan mengalokasikan sebesar USD5,25 juta dari dana hasil PM-HMETD untuk melakukan pengeboran di beberapa prospek emas, serta untuk mengembangkan lokasi tambang emas di Motomboto, Gorontalo, Sulawesi Utara.
“Kami juga akan menggunakan sekitar USD48 juta dari dana hasil PM-HMETD untuk membangun pabrik pengolahan bijih emas dengan kapasitas sebesar 4.000 ton bijih per hari di Poboya, Palu,” kata Suseno.
Menurut Suseno, pengerjaan konstruksi pabrik dimulai pada pertengahan 2022, sehingga diperkirakan selesai dan bisa beroperasi pada Kuartal I-2024. “Kami tengah menyelesaikan konstruksi atas fasilitas pengolahan lainnya untuk menambah kapasitas pengolahan dari 500 ton menjadi 4.500 ton bijih per hari di Poboya yang diharapkan mulai beroperasi di Kuartal II-2022,” paparnya.