Marketnews.id Masih lemahnya tingkat konsumsi masyarakat sebagai salah satu alasan mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama tahun ini masih mengalami kontraksi sekitar satu persen. Meskipun masih mengalami kontraksi, secara tahunan pertumbuhan ekonomi akan mencapai sekitar tiga hingga empat persen pada 2021.
Center of Reform on Economics ( CORE ) Indonesia memproyeksikan ekonomi Indonesia masih terkontraksi di rentang -0,5 persen hingga -1 persen pada kuartal I 2021. Meski begitu angka proyeksi ini lebih baik dibandingkan dengan tahun 2020 yang secara full year berada di level -2,19 persen.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan bahwa salah satu faktor mengapa pertumbuhan ekonomi masih bergerak di zona negatif karena selama ini konsumsi rumah tangga dianggap masih lesu. Padahal salah satu penentu utama pertumbuhan ekonomi nasional adalah konsumsi rumah tangga dengan porsi rata-rata 55 persen.
“Ini terjadi lantaran angka konsumsi masyarakat yang belum pulih dari pandemi covid-19. Jadi kita perkirakan nanti pertumbuhan ekonomi akan berada masih di kisaran negatif, masih kontraksi tapi sudah jauh lebih tipis yaitu minus 1 persen sampai dengan minus 0,5 persen” kata Faisal dalam diskusi virtual CORE di Jakarta, Selasa (27/4).
Faisal menyatakan, proyeksi tersebut masih jauh dari target Pemerintah yang optimis bakal menggenjot ekonomi tumbuh di atas 5 persen. Menurutnya, hal tersebut terjadi lantaran konsumsi masih negatif. Dimana berdasarkan data Indeks Penjualan Rill Bank Indonesia (BI) pada bulan Maret masih -17,2 persen.
“Untuk kuartal II 2021 diperkirakan berada di level 4 – 5 persen. Sementara untuk full year 2021, kami perkirakan ekonomi bakal tumbuh 3 – 4 persen,” pungkas Faisal.