Marketnews.id Dalam waktu hampir bersamaan, dua kelompok usaha Salim Grup dan Mega Corp sedang berburu saham perbankan. Salim Grup lewat anak usahanya PT Indolife Pensiontama baru saja membeli saham Bank Mega di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 6,07 persen. Sementara Mega Corp saat ini sedang dalam proses akuisisi 73,71 persen saham Bank Harda Internasional Tbk. Hendak dibawa kemanakan bisnis perbankan kelompok usaha ini.
PT Indolife Pensiontama yang merupakan bagian dari Grup Salim, membeli sebanyak 422,8 juta saham PT Bank Mega Tbk (MEGA), bank milik pengusaha Chairul Tanjung. Transaksi pengalihan 6,07% saham tersebut dilakukan sebanyak tiga kali dengan perkiraan harga Rp 2,9 triliun.
Transaksi di atas terungkap dalam laporan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia ( KSEI ) mengenai pemegang saham emiten di atas 5%, yang dipublikasikan pada 4 Januari 2021.
Laporan tersebut mengungkapkan, Indolife Pensiontama menyelesaikan transaksi pembelian pada 30 Desember 2020. Pembelian dilakukan dalam tiga tahap, yakni 304,61 juta saham, 22,62 juta saham, dan 95,57 juta saham.
Hingga Kamis (7/1), Indolife Pensiontama dan Bank Mega belum melaporkan detail harga pelaksanaan transaksi melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, jika menggunakan asumsi harga terendah saham Bank Mega pada perdagangan 30 Desember, yakni Rp 6.975, maka nilai transaksi pembelian tersebut bisa mencapai Rp 2,9 triliun.
Setelah transaksi tersebut, komposisi kepemilikan saham Bank Mega antara lain, Mega Corpora tetap sebanyak 58,01%, sementara kepemilikan investor publik menjadi 35,91% dari sebelumnya 41,98%.
Seperti diketahui, sebagai perusahaan asuransi jiwa dan dana pensiun, Indolife Pensiontama kerap berinvestasi pada saham sejumlah emiten. Semisal, saham PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), dan PT Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI).
Di lain pihak, saat ini Chairul Tanjung melalui Mega Corpora dalam proses mengakuisisi 73,71% saham PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI). Sebelumnya, pada 16 Oktober 2020, pemegang saham mayoritas Bank Harda, PT Hakimputra Perkasa, telah menandatangani perjanjian jual beli saham sebanyak 3,08 miliar saham.
Bank Harda menjadwalkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 29 Januari 2020 untuk meminta izin pemegang saham terkait akuisisi oleh Mega Corpora. Proses akusisi ini diperkirakan tuntas pada Februari 2021, termasuk proses persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Berdasarkan prospektus, alasan pengambilalihan Bank Harda karena Mega Corpora berkomitmen memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi jangka panjang di Indonesia, khususnya di industri perbankan. “Untuk itu, Mega Corpora berencana untuk mengembangkan Bank Harda menjadi sebuah bank dengan platform teknologi digital sehingga menjadikan Bank Harda sebagai bank yang lebih kuat dan mempunyai daya saing berskala nasional,” ungkap manajemen Bank Harda secara tertulis.
Setelah dilaksanakan pengambilalihan, Chairul Tanjung melalui Mega Corpora akan memperkuat struktur permodalan Bank Harda, mengembangkan produk dan layanan yang inovatif, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. “Bank Harda berkeyakinan bahwa pelaksanaan rencana pengambilalihan oleh Mega Corpora akan meningkatkan daya saing dalam menghadapi perkembangan dan dinamika sektor perbankan Indonesia di masa depan,” jelas manajemen.
Adapun sumber dana untuk melaksanakan rencana pengambilalihan Bank Harda oleh Mega Corpora berasal dari dana internal Mega Corpora. Dengan demikian, Mega Corpora menegaskan dan menyatakan bahwa sumber dana tersebut tidak berasal dari pinjaman dan atau fasilitas pembiayaan dari bank lain atau pihak lain di Indonesia.