Marketnews.id Selintas, di saat pendemi Covid-19 melanda negeri ini kinerja perdagangan mengalami surplus. Tampak seperti suatu prestasi tersendiri, disaat sektor lain mengalami penurunan kinerja, bidang perdagangan justru mencatat surplus. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi justru melihat dari sisi lain bahwa telah terjadi penurunan aktivitas industri hingga impor bahan baku jauh berkurang dan berdampak pada kinerja industri yang mengalami penurunan signifikan.
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengingatkan, agar semua pihak perlu mewaspadai surplus neraca perdagangan pada tahun 2020 yang mencapai USD21,7 miliar. Menurutnya di balik surplus tersebut terdapat sejumlah persoalan yang harus dituntaskan dan diperhatikan karena surplus yang terjadi lebih disebabkan oleh penurunan impor yang drastis.
Dikatakan bahwa selama 2020 kinerja ekspor turun 2,6 persen year on year (yoy) namun di saat yang sama impor turun double digit yaitu 17,3 persen (yoy). Penurunan impor yang dalam tersebut terjadi sebagai dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan terganggunya aktivitas industri dan perdagangan baik di dalam negeri maupun seluruh dunia.
Di dalam negeri, kata Lutfi, penurunan kinerja terlihat dari beberapa sektor di triwulan III 2020, seperti sektor perdagangan yang anjlok -5,03 persen yoy. Kemudian transportasi dan pergudangan -16,7 persen yoy. Selanjutnya sektor penyediaan akomodasi dan makan minum -11,86 persen. Penurunan yang terjadi ini menurutnya sebagai konsekuensi dari kebijakan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB ).
“Surplus itu salah satunya kalau dilihat karena impornya turun lebih dalam dari ekspornya. Indonesia itu 72,9 persen atau lebih dari 2/3 impornya berupa bahan baku dan penolong. Kalau bahan baku penolong turun maka industrialisasi turun, kalau industrialisasi itu turun jangan – jangan konsumsi juga turun,” tutur Lutfi dalam pers briefing secara virtual, Jumat (29/1).
Ditegaskan Lutfi bahwa penurunan impor menjadi ciri terjadi pelemahan sektor produksi barang yang dikonsumsi di dalam negeri. Untuk itu, pihaknya akan terus berupaya memperbaiki struktur produksi dan konsumsi dalam negeri. Hal ini penting dilakukan karena produksi dan konsumsi merupakan komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi.
“Langkah yang harus segera dijalankan saat ini yaitu memperbaiki konsumsi di dalam negeri dengan memastikan arus barang berjalan normal. Dengan lancarnya arus bahan baku dan barang penolong, industri nasional dapat berjalan baik sehingga memberi pengaruh positif pada konsumsi nasional dan kinerja ekspor,” pungkasnya.