Marketnews.id Buat emiten batubara, tahun 2020 ini merupakan tahun penuh tantangan. Permintaan batubara menurun karena pembatasan pergerakan manusia lantaran pendemi. Harga jualpun mengalami penurunan yang berakibat pada penurunan pendapatan bahkan tidak sedikit perusahaan tambang batubara mengalami kerugian tahun ini. Meskipun begitu, lembaga rating Fitch memperkirakan tahun 2021 mendatang bisnis batubara akan kembali berkibar.
Emiten pertambangan batu bara, PT ABM Investama Tbk., membukukan penurunan kinerja hingga kuartal III/2020 di tengah banyaknya tekanan bisnis akibat pandemi Covid-19. Perseroan pun mengalami rugi bersih US$5,37 juta.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten berkode saham ABMM itu mencatatkan penurunan tipis 0,2 persen secara year-on-year (yoy) terhadap kinerja pendapatan hingga kuartal III/2020, menjadi sebesar US$442,16 juta dari perolehan kuartal III/2019 yang sebesar US$443,41 juta.
Lebih terperinci, pendapatan segmen bisnis jasa turun 16,07 persen secara yoy menjadi US$90,4 juta, pendapatan segmen pabrikasi turun 23,5 persen yoy menjadi US$12,97 juta, dan pendapatan segmen perdagangan bahan bakar terkoreksi 61,48 persen yoy menjadi US$1,57 juta.
Hanya segmen bisnis kontraktor tambang dan penambangan batu bara yang berhasil membukukan kenaikan, yakni sebesar 5,7 persen yoy menjadi US$337,2 juta.
Kendati demikian, sejumlah pos beban tampak membengkak. Beban pokok penjualan ABMM naik tipis 2,6 persen yoy menjadi US$374,30 juta.
Selain itu, beban penjualan, umum, dan administrasi naik 8 persen yoy menjadi US$41,74 juta, beban lainnya melambung 403,63 persen yoy menjadi US$9,84 juta, sedangkan biaya keuangan meningkat 5,3 persen yoy menjadi US$29,11 juta.
Dengan demikian, perseroan membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$5,37 juta hingga kuartal III/2020. Perolehan itu berbanding terbalik dengan kinerja pada periode yang sama tahun sebelumnya, yang membukukan laba bersih sebesar US$11,29 juta.
Di sisi lain, total liabilitas perseroan per akhir September 2020 naik menjadi US$644,75 juta dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2019, yang sebesar US$609,35 juta. Angka ini terdiri atas liabilitas jangka pendek sebesar US$248,27 juta dan liabilitas jangka panjang senilai US$396,48 juta.
Namun, total aset perseroan per 30 September 2020 berada di posisi US$873,65 juta, lebih tinggi daripada total aset per akhir Desember 2019, yang sebesar US$854,22 juta. Sementara itu, posisi kas dan bank perseroan tercatat senilai US$82,24 juta per akhir September 2020.
Manajemen ABM Investama menjelaskan dalam laporan keuangannya bahwa operasional perseroan telah dan mungkin terus dipengaruhi oleh penyebaran Covid-19.
“Efek masa depan dari Covid-19 terhadap Indonesia dan perseroan masih belum dapat ditentukan saat ini. Peningkatan jumlah infeksi Covid-19 yang signifikan atau penyebaran yang berkepanjangan dapat mempengaruhi Indonesia dan perseroan,” tulis manajemen ABM Investama seperti dikutip dari laporan keuangannya, Minggu (29/11/2020).
Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, memperkirakan kinerja emiten pertambangan batu bara dalam negeri lebih baik pada tahun depan, seiring dengan perbaikan harga batu bara.
Dalam laporan Fitch Ratings terbaru dikutip Kamis (26/11/2020), harga dan volume penjualan batu bara dari emiten pertambangan Indonesia diperkirakan meningkat, yang juga akan mendukung sedikit peningkatan dalam metrik kredit setiap emiten.
“Fitch mengasumsikan pemulihan harga batubara Indonesia berkalori 4.200 kcal pada 2021 menjadi US$32,5 per ton daripada tahun sebelumnya sebesar US$27 per ton. Adapun, perbaikan harga mulai tampak pada akhir 2020 seperti yang diestimasikan,” tulis Fitch Ratings dalam publikasi risetnya.
Selain itu, lembaga pemeringkat itu mengestimasikan volume produksi juga tumbuh 6 persen pada 2021, dibandingkan dengan penurunan sebesar 3 persen pada 2020.
Hal itu akan membantu emiten batu bara untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik pada tahun depan mengingat sebagian besar emiten telah berhasil menekan biaya produksi pada 2020 dan kemungkinan berlanjut hingga tahun depan seiring dengan biaya bahan bakar yang lebih rendah.
Fitch Ratings pun mempertahankan outlook stabil terhadap PT Adaro Indonesia, entitas usaha PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), PT Bayan Resources Tbk. (BYAN), dan Golden Energy and Resources Limited entitas usaha PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA).
Kendati demikian, Fitch juga mempertahankan outlook negatif untuk PT Indika Energy Tbk. (INDY), PT Bukit Makmur Mandiri Utama yang merupakan entitas usaha PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID), dan PT ABM Investment Tbk. (ABMM).