Marketnews.id Adanya pembalikan fakta yang terjadi selama semester pertama tahun ini di dunia perbankan. Menurut perkiraan, dunia perbankan akan mengalami kesulitan likuiditas akibat pendemi Covid-19. Apalagi, banyak usaha termasuk usaha mikro kecil dan menengah mengalami masalah akibat semakin melemahnya daya beli masyarakat. Faktanya, justru dana pihak ketiga diperbankan meningkat. Di Bank BRI, dana pihak ketiga justru meningkat hingga 12 persen sepanjang semester pertama tahun ini.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menilai, perlambatan penyaluran kredit yang tidak mampu mengimbangi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan tren penurunan loan to deposit ratio (LDR) telah menggeser isu keterbatasan likuiditas ke permasalahan baru terkait rendahnya permintaan kredit.
“Sebelumnya, masalah awal di industri perbankan ada pada prediksi ketatnya likuiditas. Namun, masalah yang ada sekarang ini justru pada rendahnya loan demand. Jadi, dalam krisis seperti ini perlu determinasi yang tinggi dan nyali yang besar untuk mengeksekusi strategi bisnis,” ujar Sunarso saat pelaksanaan Public Expose Live 2020 di Jakarta, Kamis (27/8).
Dia mengungkapkan, pelemahan pertumbuhan kredit perbankan bisa terbantu oleh ketersediaan dana yang cukup dari pemerintah berupa stimulus kepada masyarakat. “Selain itu, perlu adanya data yang akurat dan kredibel terhadap penerima stimulus dan sistem penyaluran yang baik,” ucapnya.
Dengan demikian, tambahnya, upaya mengatasi penurunan permintaan kredit harus dilakukan dengan memperlancar stimulus dari pemerintah kepada masyarakat. “Sehingga, nanti akan timbul permintaan kredit dan selanjutnya bank siap untuk mengikuti stimulus itu dengan menyalurkan kredit,” kata Sunarso.
Jika bercermin ke internal BBRI, kata Sunarso, pergeseran isu terkait keterbatasan likuiditas ke masalah pelemahan permintaan kredit tersebut bisa ditunjukkan dari pertumbuhan kredit dan DPK. “Secara industri, kredit hanya bertumbuh 1,49 persen, sedangkan di Bank BRI bertumbuh 4 persen. Ternyata, dana masyarakat tumbuhnya 13 persen. Bahkan, LDR kami masih 85 persen,” ujarnya.
Dengan demikian, ungkap Sunarso, ketakutan masyarakat terhadap proyeksi keterbatasan likuiditas tidak terbukti, justru masalah yang muncul berupa rendahnya minat publik untuk mendapatkan kredit dari perbankan.
“Nanti, kalau demand kredit sudah ada kembali, kami di bank siap untuk menyalurkan kredit,” imbuhnya.
Lebih lanjut dia menambahkan, sejauh ini kinerja BBRI mampu bertumbuh di tengah upaya perseroan dalam melakukan penyelamatan terhadap pelaku usaha mikro, kecil dan menengah ( UMKM ) yang terdampak oleh kondisi pandemi Covid-19. “BRI secara masif melakukan upaya penyelamatan UMKM melalui restrukturisasi kredit senilai Rp183,7 triliun kepada 2,9 juta debitur,” kata Sunarso.
Sementara penempatan dana Pemulihan Ekonomi Nasional yang ada ditempat kan di BRI sebesar Rp 10 triliun, telah disalurkan sebesar Rp39,96 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 947.446, tambah Sunarso.