Marketnews.id Industri keramik atau saniter, lazimnya mengikuti bisnis diatasnya seperti bisnis properti. Seperti diketahui, bisnis properti tahun lalu mengalami stagnasi bahkan penurunan lataran tahun lalu sebagai tahun politik yang berdampak melemahnya permintaan akan perumahan.
Pada Tahun Buku 2019, PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) mencatatkan kerugian Rp22,9 miliar, padahal setahun sebelumnya perseroan mampu membukukan laba bersih Rp55,3 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi MLIA yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (19/5), sepanjang tahun lalu jumlah penjualan bersih Mulia Industrindo (MLIA) relatif stagnan di angka Rp1,01 triliun, sedangkan beban pokok penjualan justru mengalami peningkatan.
Laporan keuangan MLIA yang berakhir 31 Desember 2019 mencatat, jumlah beban pokok penjualan mencapai Rp789,95 miliar atau lebih besar dibandingkan setahun sebelumnya, yakni senilai Rp755,4 miliar. Maka, laba kotor MLIA di 2019 menurun menjadi Rp215 miliar dari Rp254,36 miliar di 2018.
Adapun beban penjualan MLIA pada 2019 sebesar Rp84,64 miliar, beban umum dan administrasi Rp63,86 miliar, rugi kurs mata uang asing Rp54,88 miliar. Pada tahun lalu MLIA mencatatkan rugi sebelum pajak sebesar Rp27,67 miliar dengan nilai manfaat pajak bersih Rp4,74 miliar.
Per 31 Desember 2019, jumlah liabilitas MLIA mengalami kenaikan menjadi Ro3,43 triliun dari posisi per 31 Desember 2018 yang senilai Rp3,23 triliun. Liabilitas jangka pendek per akhir 2019 tercatat Rp1,37 triliun, sedangkan liabilitas jangka panjang mencapai Rp2,06 triliun.
Sementara itu, jumlah ekuitas MLIA per akhir Desember 2019 menurun tipis menjadi Rp2,5 triliun dari Rp2,53 triliun per akhir Desember 2018. Sehingga, total aset MLIA per 31 Desember 2019 tercatat Rp5,93 triliun atau lebih besar dibanding posisi per 31 Desember 2018, yakni senilai Rp5,76 triliun.