Marketnews.id Merasa harga saham yang terbentuk masih dibawah harga yang wajar, emiten berencana untuk membeli kembali sahamnya di pasar reguler. Bank BTN dan PT Telkom dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini berniat membeli kembali sahamnya.
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, berencana melakukan pembelian kembali atau buyback saham perseroan dengan kesiapan dana hingga Rp1,5 triliun.
Berdasarkan keterangan resmi Telkom, keputusan untuk melakukan buyback salah satunya didasarkan pada kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perihal relaksasi persyaratan buyback tanpa persetujuan RUPS. Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 2/POJK.04/2013 dan Surat Edaran OJK No. 3/SEOJK.04/2020.
Mengutip keterangan yang disampaikan AVP Reporting & Compliance Telkom Dewi Simatupang dalam Keterbukaan Informasi BEI, perseroan akan melakukan buyback dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp1.500.000.000.000 atau paling banyak 20% dari modal disetor.
“Adapun pembelian kembali saham akan dilakukan secara bertahap dalam periode 3 bulan terhitung sejak tanggal 30 Maret 2020 sampai dengan 29 Juni 2020.,” demikian tertulis dalam informasi tersebut, Senin (30/3/2020)
Adapun biaya pembelian kembali saham akan berasal dari saldo laba perseroan per tanggal 30 September 2019 yang tercatat sebesar Rp91,264 triliun dan dari jumlah tersebut yang akan digunakan untuk membiayai Pembelian Kembali Saham adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp1,5 triliun.
Perusahaan berkode emiten TLKM ini juga mengatakan penggunaan saldo laba tersebut tidak akan menyebabkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan. Perseroan pada saat ini telah melakukan penyisihan cadangan wajib sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Dengan asumsi Perseroan menggunakan kas internal untuk Pembelian Kembali Saham sebesar Rp1,5 triliun, maka aset dan ekuitas akan menurun sebesar jumlah tersebut, tidak termasuk biaya Pembelian Kembali Saham, serta laba akan berkurang sejumlah biaya Pembelian Kembali Saham tetapi transaksi pembelian kembali saham ini tidak akan mempengaruhi pendapatan Perseroan.
Hal sama juga akan dilakukan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Perseroan akan melakukan pembelian saham perseroan tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang sudah disampaikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di tengah fluktuasi harga saham seperti saat ini.
Bank BTN telah menyiapkan dana senilai Rp275 miliar untuk melakukan pembelian saham. Perseroan pun telah menunjuk perusahaan sekuritas sebagai perantara pedagang efek untuk melakukan pembelian saham tersebut.
Direktur Finance, Planning, and Treasury Bank BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan perseroan mengikuti anjuran dari OJK dan pemerintah untuk memperbaiki ekonomi, melakukan stabilisasi harga saham dan meningkatkan kepercayaan pasar akan kinerja perusahaan ke depan dengan cara memberikan insentif variabel dalam bentuk long term incentive (LTI) kepada pengurus bank dan pegawai, di mana dana LTI ini akan digunakan untuk pembelian saham BBTN melalui pasar sekunder.
Langkah ini merupakan dukungan perseroan terhadap program pemerintah untuk memperbaiki ekonomi dalam negeri khususnya dalam mengatasi kejatuhan harga saham BUMN di market pasca virus corona (covid-19) ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO.
“Pembelian saham juga dimaksudkan untuk memotivasi pegawai dalam mendukung kinerja perusahaan sesuai dengan penilaian tertentu,” katanya seperti dikutip dari siaran pers Bank BTN, Senin (30/3/2020).
Menurut Nixon, pembelian saham seluruhnya diarahkan pada saham di pasar sekunder untuk program long term incentive serta dalam rangka mendorong implementasi Prudential Risk Taking sesuai POJK No.45.
Perseroan telah menyiapkan skenario pembelian saham dengan tiga tahapan pembelian yang akan dimulai pada 2020 sebesar 50 persen dari total anggaran yang disiapkan.
Kemudian dilanjutkan pada 2021 dan 2022 dengan alokasi masing-masing 25 persen dari dana yang disiapkan untuk pembelian saham tersebut.
“Jadi, tahun ini kami sudah siap untuk melakukan pembelian saham dengan alokasi dana sebesar Rp137,5 miliar atau 50 persen dari total anggaran yang disiapkan senilai Rp275 miliar,” kata Nixon.