Marketnews.id Masih Melemahnya ekonomi dunia, semakin dipertegas oleh hasil survei konsultan global McKinsey & Co . Survai tersebut mengindikasikan lebih dari setengah perbankan dunia terlalu lemah untuk bertahan dalam tekanan penurunan.
Review industri tahunan McKinsey yang dirilis Senin kemarin memperlihatkan, mayoritas bank secara global kemungkinan tidak layak lagi secara ekonomi karena hasil investasi ekuitas mereka tidak sejalan dengan biaya. Kondisi tersebut memaksa perbankan untuk mengambil langkah-langkah seperti mengembangkan teknologi, memperluas operasi dan meningkatkan kapasitasnya melalui merger mendahului potensi terjadinya perlambatan ekonomi.
“Kami percaya, kita berada dalam akhir siklus ekonomi dan bank harus mengambil langkah berani pada saat ini karena mereka tidak dalam kondisi yang baik,” kata Kausik Rajgopal, mitra senior di McKinsey. “Pada siklus akhir ini, tidak ada yang mampu untuk berpuas diri,” imbuhnya, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (22/10).
Sejak krisis keuangan global dekade lalu, terjadi gelombang inovasi dalam jasa keuangan, membawa pesaing baru dari startup fintech ke raksasa seperti Apple Inc. dan Google Alphabet Inc. Bank perlu mempertimbangkan apakah akan bersaing, bermitra, atau mengakuisisi beberapa pendatang baru itu. Beberapa perusahaan mapan telah berupaya mengubah nama menjadi perusahaan teknologi, sebagian untuk merekrut talenta-talenta yang sulit didapat.
Dalam laporannya, McKinsey juga menyebutkan bahwa bank berisiko “menjadi catatan kaki sejarah” karena para pendatang baru di bidang keuangan telah mulai mengubah perilaku konsumen. Sedangkan upaya terbaru yang dilakukan oleh bank untuk meningkatkan efisiensi masih berupa “bisnis seperti biasa.”
Bank hanya mengalokasikan sekitar 35% dari anggaran teknologi informasinya untuk inovasi. Sementara itu, fintech menghabiskan lebih dari 70%, ungkap McKinsey.
Jika dikombinasikan dengan faktor regulasi yang semakin menurunkan penghalang untuk masuk – berupa persyaratan yang lebih longgar untuk startup – maka situasi semakin kondusif bagi jasa aktifitas jasa keuangan baru untuk mengambil bagian dari bisnis bank.
Laporan tersebut tersebut antara lain, mengacu ke Amazon.com Inc. di AS, dan Ping An di China sebagai contoh perusahaan teknologi yang menjaring nasabah jasa keuangan. Lebih buruk lagi, para pemain baru cenderung menyasar bidang bisnis yang menciptakan return tertinggi bagi perbankan, misalnya kartu kredit.
Pemberi pinjaman dapat memangkas biaya dan menemukan dana untuk teknologi dengan melakukan outsourcing apa yang disebut McKinsey sebagai “kegiatan yang tidak membedakan,” termasuk beberapa fungsi perdagangan dan kepatuhan. Bank “perlu lebih nyaman dengan kemitraan eksternal dan mampu memanfaatkan bakat secara eksternal,” kata Rajgopal.
Pemberi pinjaman dapat memangkas biaya dan mencari pendanaan untuk pengembangan teknologi dengan melakukan outsourcing . McKinsey menyebut langkah tersebut sebagai “aktivitas yang tidak membedakan,” termasuk dalam beberapa fungsi perdagangan dan kepatuhan. Bank “perlu lebih nyaman dengan kemitraan eksternal dan lebih mampu memanfaatkan bakat secara eksternal,” kata Rajgopal.
Cara lain untuk membebaskan uang adalah dengan menjadi lebih besar. BB&T Corp dan SunTrust Banks Inc. mengatakan hal tersebut ketika mereka mengumumkan keputusan mereka untuk menggabungkan bisnisnya awal tahun ini – merger bank AS terbesar sejak krisis keuangan. Rajgopal mengharapkan kasus merger dan akuisisi akan berlanjut menjelang akhir siklus.
“Ke depan, skala kemungkinan akan menjadi lebih penting karena bank memasuki persaingan dalam teknologi,” tulis laporan itu. (Bloomberg)
