Marketnews.id Seluruh pasar modal di dunia mengalami goncangan luar biasa akibat pendemi Covid-19 termasuk pasar modal Indonesia di dalamnya. Hampir seluruh emiten terpapar akibat pendemi ini. Untuk memperingan beban dunia usaha (emiten), Pemerintah lewat OJK dan SRO membuat kebijakan agar emiten dan pelaku pasar modal lainnya bisa kembali bangkit.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mencatat kinerja pasar modal di Indonesia sepanjang tahun 2020 mengalami volatilitas yang luar biasa. Hal itu karena kinerja emiten terpukul oleh dampak Covid-19 yang juga melanda di seluruh negara di dunia.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengatakan, meski terjadi volatilitas yang begitu besar, namun berkat kesigapan berbagai pihak khususnya pemangku kepentingan, kinerja pasar modal bisa kembali pulih mendekati seperti saat sebelum pandemi. Hal itu terlihat dari pergerakan IHSG yang sempat menyentuh level terendahnya 3.937,6 per 24 Maret 2020 kemudian di akhir tahun sempat meningkat ke level 6.036,17.
Wimboh menjelaskan, kebangkitan IHSG di tengah pandemi tersebut tak lepas dari dominasi investor domestik khususnya investor ritel. Jika dibandingkan dengan periode 24 Maret 2020 lalu yang menjadi titik terendah, IHSG menguat 7,55 persen.
“Itu adalah titik terendah, mudah – mudahan tidak terulang lagi. Ini harus dicatat diingatan kita bahwa itu adalah titik terendah sehingga seluruh jajaran dan pemangku kepentingan harus ambil kebijakan di luar kebiasaan untuk bisa bertahan di awal dan kemudian harus bangkit,” tutur Wimboh dalam penutupan perdagangan tahun 2020 di BEI, Jakarta (30/12).
Lebih jauh Wimboh menjelaskan, pandemi Covid-19 harus bisa dijadikan momentum kebangkitan pasar modal Indonesia. Oleh sebab itu diperlukan sinergi kebijakan antar stake holder baik dari Bank Indonesia, pemerintah ataupun OJK.
Dia meyakini dengan sinergi yang terjalin dengan baik dan erat kinerja perdagangan di pasar modal Indonesia tahun depan akan semakin baik.
Menurut Wimboh, hingga 29 Desember 2020, telah terjadi kenaikan jumlah investor sebesar 56 persen jika dibandingkan tahun 2019 menjadi 3,87 juta investor. Sementara dari penghimpunan dana melalui penawaran umum pasar modal mencapai Rp118,7 triliun. Jumlah emiten baru sebesar 53 perusahaan dan ada 51 tercatat di bursa dimana ini merupakan jumlah tertinggi di Asean.
Wimboh berhadap kebangkitan pasar modal Indonesia akan terus terjadi di tahun 2021.
“Dalam menjaga kepercayaan terhadap pasar modal, kita harus menjaga integritas dan volatilitas pasar modal. OJK, LPS, Kemenkeu, BI akan terus berupaya menjaga agar stabilitas sistem keuangan terjaga dan ada kiat kebijakan lanjutan agar tetap bisa mendukung kebangkitan. yang baik di tahun ini jadi katalis bagi pasar modal kita di tahun depan dan bisa berkontribusi pada perekonomian,” pungkasnya.