Marketnews.id Menderita kerugian di kuartal pertama tahun 2020, tidak membuat surut niat PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). Dasarnya, Perseroan Optimistik proyek baru yang akan dijalankan sudah ditunggu oleh calon tenant nya.
Pada kuartal I-2020, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 17,41 miliar. Meski mengalami rugi bersih cukup dalam ekspansi perseroan tetap berlanjut.
Adapun, berdasarkan data keterbukaan informasi BEI, rugi bersih tersebut meningkat sebesar 60,17% dari posisi Rp 10,87 miliar.
Sementara itu, pendapatan SSIA tumbuh 7,08%. Penjualan triwulan pertama tahun ini sebesar Rp 882,04 miliar sedangkan tahun sebelumnya Rp 823,71 miliar.
Naiknya pendapatan ditopang oleh segmen jasa konstruksi sebesar Rp 652,14 miliar sedangkan tahun sebelumnya Rp 583,40 miliar. Segmen hotel Rp 142,87 miliar, sewa parkir & utilitas Rp73,67 miliar, dan segmen tanah kawasan industri Rp 13,35 miliar.
Sementara itu, total liabilitas SSIA tercatat sebesar Rp3,66 triliun. Liabilitas jangka pendek menyumbang Rp1,61 triliun sedangkan jangka panjang Rp2,04 triliun. Total aset perseroan mencapai Rp8,17 triliun dengan aset lancar Rp3,74 triliun dan aset tidak lancar Rp4,42 triliun.
Dalam triwulan pertama perseroan mengeluarkan Rp135,69 miliar untuk kas bersih operasi dan Rp29,67 untuk belanja modal. Dengan begitu kas dan setara kas akhir periode mencapai Rp1,37 triliun.
Walau dilanda rugi bersih, SSIA tetap melaksanakan ground breaking pembangunan kawasan industri Subang City of Industry pada September 2020. Ground breaking tersebut menjadi tanda dimulainya kampanye pra-pemasaran proyek ini.
Menurut Head of Investor Relations SSIA, Erlin Budiman, jadwal ground breaking tersebut belum berubah dari rencana awal. Meskipun begitu, pihaknya akan melihat situasi dan kondisi ke depan, mengingat adanya pandemi virus corona di Indonesia.
“Sejauh ini sudah ada 25-30 perusahaan yang menanyakan informasi terkait Subang City of Industry. Inquiries yang sudah terkumpul sekitar 200 hektare. Kebanyakan dari perusahaan otomotif asal Jepang,” ujarnya.
Sebagai informasi SSIA membukukan pendapatan Rp 4 triliun pada 2019. Jumlah ini naik 8,8% dibanding pendapatan 2018 yang sebesar Rp 3,68 triliun.
Bisnis jasa konstruksi masih menjadi kontributor pendapatan terbesar, yakni Rp 2,61 triliun atau setara 65,2% dari total pendapatan 2019. Disusul bisnis hotel Rp 808,2 miliar (20,2%), tanah kawasan industri Rp 297,27 miliar (7,4%), serta sewa, parkir, jasa pemeliharaan dan utilitas Rp 289,96 miliar (7,2%).
SSIA mencatatkan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 92,3 miliar atau melesat 145% dari tahun 2018 yang sebesar Rp 37,67 miliar.