MarketNews.id- PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mengalami defisit atau akumulasi kerugian sedalam USD2,325 miliar pada tahun 2023, atau menukik 6,26 persen dibanding tahun 2022 yang tercatat USD2,188 miliar.
Pasalnya, Direktur Utama KRAS, Purwono Widodo melaporkan menderita rugi bersih sedalam USD130,21 juta pada tahun 2023. Memburuk dibanding tahun 2022 yang membukukan laba bersih senilai USD19,474 juta.
Pada saat yang sama total kewajiban jangka pendek telah melebihi aset lancarnya sebesar USD1.490.553.
Kondisi defisit dan kewajiban jangka pendek melebihi aset lancar menimbulkan keraguan yang signifikan terhadap kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Sejatinya, KRAS tengah melakukan langkah-langkah guna keluar dari kemelut tersebut. Adapun langkah yang dimaksud pertama KRAS dan 10 Kreditur Restrukturisasi telah menyepakati Perjanjian Kredit Restrukturisasi (“PK Restrukturisasi”) yang ditandatangani pada tanggal 30 September 2019.
Langkah kedua, KRAS telah menjalankan inisiatif dalam rangka pelaksanaan MRA sehingga mampu melakukan pembayaran pokok utang Tranche A sebesar USD38 juta dan utang Tranche B sebesar USD471 juta serta keseluruhan bunganya. Namun demikian, terdapat kendala penyelesaian secara keseluruhan terhadap kewajiban sesuai dengan MRA.
Kendala itu antara lain ISM-BF tidak berhasil dioperasikan untuk memberikan manfaat sesuai rencana; Kapasitas produksi Hot Rolled Coil berkurang karena adanya in-kind HSM 2; Korsleting yang mengakibatkan pabrik HSM 1 berhenti beroperasi secara normal; Divestasi aset tidak produktif terhambat karena adanya perlambatan ekonomi global dan pandemi Covid-19; Right issue untuk DINFRA terhambat karena menurunnya daya tarik Perusahaan akibat hal tersebut diatas.
Tak cukup itu, KRAS memerlukan dukungan dan persetujuan atas beberapa aksi korporasi sebagai berikut seperti Restrukturisasi utang lanjutan; Perluasan Tujuan Penggunaan dan Percepatan Konversi Dana Obligasi Wajib Konversi (“OWK”) yang termasuk dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (“PEN”);
Melakukan optimalisasi skema bisnis untuk menjalankan fasilitas HSM 1 dan CRM; Tambahan Penyertaan Modal Negara (“PMN”) dalam rangka Pengembangan Klaster Baja 10 juta ton.
Dan Pengurangan Penyertaan Modal Perusahaan di KSI sebagai tindak lanjut pemenuhan kewajiban Tranche B, Penerbitan Corporate Guarantee kepada POSCO sesuai kepemilikan saham Perusahaan di KP; Perubahan Struktur Permodalan KOS sebagai dampak Penambahan Penyertaan Modal Osaka Steel CO Ltd di KOS;
Penambahan Penyertaan Modal Perusahaan di KE dan Perubahan Struktur Permodalan Dalam Rangka Pelaksanaan Putusan Pengadilan Niaga yang berkekuatan hukum tetap.
Namun demikian Direktur Utama KRAS, Purwono Widodo mengakui terdapat ketidakpastian yang material dikarenakan bergantung pada dukungan dari kreditur dan pemasok yang ada, melalui penundaan pembayaran liabilitas dan kemampuannya untuk memperbaiki kinerja operasional dan kondisi keuangannya.
“Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan konsolidasian ini, manajemen masih sedang menjalankan rencana-rencana tersebut diatas. Ada kemungkinan beberapa rencana tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen,” tulis Purwono dalam catatan laporan keuangan tahun 2023 telah audit yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin 3 Juni 2024.
Ketidakpastian kelangsungan usaha KRAS itu juga menjadi penekanan oleh akuntan publik pemeriksa laporan keuangan tahun 2023.