MarketNews.id Tingginya harga komoditas global akibat konflik Rusia-Ukraina membawa berkah buat Indonesia sebagai pengekspor komoditas Batubara, Migas dan Nikel dimana terjadi surplus neraca transaksi berjalan sepanjang 2022 lalu sebesar USD13,2 Miliar.
Surplus neraca transaksi berjalan ini juga mendukung posisi rupiah relatif stabil terhadap dolar AS yang begitu kuat tahun lalu. Sayangnya, dalam tahun ini harga komoditas global diperkirakan sudah menurun akibat mulai redanya konflik dan sudah membanjiri nya komoditas di pasar global.
Bank Indonesia (BI) melaporkan surplus neraca transaksi berjalan (current account) pada 2022 mencapai USD13,2 miliar, atau 1 persen dari produk domestik bruto (PDB), terkatrol harga komoditas dan ekspor yang tinggi sepanjang tahun lalu.
Menurut data Bank Dunia, surplus current account tersebut yang terbesar sejak 2009 dalam hal persentase PDB, demikian laporan Reuters, di Jakarta, Senin 20 Pebruari 2022.
“Kinerja tersebut terutama ditopang peningkatan ekspor sejalan dengan tingginya harga komoditas global dan permintaan komoditas Indonesia yang tetap baik, di tengah impor yang juga meningkat seiring membaiknya perekonomian domestik,” kata BI.
Surplus neraca transaksi berjalan Indonesia juga membantu rupiah relatif tetap stabil terhadap dolar AS yang begitu perkasa tahun lalu.
Sepanjang 2022, ekspor barang Indonesia mencapai rekor tertinggi tahunan sebesar USD291,98 miliar, menghasilkan surplus perdagangan USD54,46 miliar pada tahun itu, yang juga merupakan rekor tertinggi.
Indonesia adalah eksportir minyak kelapa sawit dan batubara termal terbesar di dunia. Indonesia juga merupakan pemasok utama produk timah, tembaga, karet dan nikel, di antara komoditas lainnya.
Sementara itu, neraca pembayaran Indonesia pada 2022 mencapai USD4 miliar atau lebih rendah dari USD13,5 miliar tahun sebelumnya.
Beberapa pengamat dan ekonom mengatakan surplus neraca transaksi berjalan yang tinggi mungkin tidak akan terulang tahun ini karena harga komoditas utama relatif moderat dalam beberapa bulan terakhir.
Seperti diketahui sejak mulai meredanya konflik Rusia-Ukraina, komoditas utama sudah mulai membanjiri pasar. Mulai dari Migas, yang harganya sempat meroket kini mulai stabil di harga 70-80 USD buat minyak.
Begitu juga dengan ekspor produk Indonesia diperkirakan tidak sebesar tahun lalu. Saya kira ekspor tahun ini tidak sebaik tahun lalu, Diperkirakan ekonomi dalam negeri juga membaik, dengan impor produk juga akan lebih tinggi.
Diproyeksikan neraca transaksi berjalan Indonesia pada tahun ini bisa mencapai defisit sekitar 0,5% dari PDB.
Pada kuartal terakhir 2022, Indonesia membukukan surplus neraca pembayaran sebesar USD4,7 miliar, sedangkan surplus neraca transaksi berjalan mencapai USD4,3 miliar atau setara dengan 1,3% dari PDB, ungkap BI.