MarketNews.id Bursa Efek Indonesia (BEI), akhirnya mencabut status suspensi saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) hari ini Selasa, 3 Januari 2023. Pelepasan suspensi ini dengan catatan saham GIAA diperdagangkan di papan pengembang dengan kode” X” atau dalam pengawasan khusus dan notasi “E” yang mencerminkan bahwa Emiten penerbangan ini masih mengalami defisiensi modal.
Reaksi pasar atas pencabutan suspensi ini dapat dilihat dari respon investor terhadap saham ini. Hingga penutupan sesi pertama perdagangan, saham GIAA naik dari harga awal suspensi sebesar Rp204 menjadi Rp214 per saham.
Tarik menarik atas saham GIAA ini masih belum berakhir mencerminkan pandangan investor terhadap emiten ini. Tapi buat Manajemen GIAA, pencabutan suspensi ini adalah suatu sinyal bahwa emiten telah melakukan banyak perbaikan baik dalam kinerja usaha maupun dalam progres restrukturisasi utang perusahaan.
“Pencabutan suspensi saham atas perdangan efek GIAA tersebut merupakan tindak lanjut dari dirampungkannya tahapan restrukturisasi kinerja Garuda pada penutup tahun 2022 lalu, utamanya berkaitan dengan penerbitan instrumen restrukturisasi “New Sukuk”,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam keterangan tertulis, Selasa 3 Januari 2023.
Dibukanya suspensi saham Garuda pada awal tahun kinerja 2023 ini menjadi outlook positif tersendiri atas langkah GIIA untuk terus mengakselerasikan penguatan fundamental kinerja Perusahaan.
Dengan landasan kinerja usaha yang semakin solid yang turut didukung oleh cost structure yang semakin lean dan adaptif pasca restrukturisasi, Irfan optimistis Garuda dapat memaksimalkan momentum kebangkitan kinerja usaha yang salah satunya akan terus kami perkuat melalui peluang pertumbuhan penumpang yang terus menunjukan potensi yang menjanjikan di tahun 2023 ini khususnya dengan pencabutan status PPKM yang diumumkan Pemerintah pada penutup tahun lalu.
Sejalan dengan pencabutan suspensi saham ini, Garuda memproyeksikan akan memaksimalkan sejumlah outlook rencana strategis korporasi diantaranya melalui penambahan kapasitas alat produksi Perusahaan dimana pada tahun 2023 ini, Garuda menargetkan dapat mengoperasikan sedikitnya 66 armada di luar armada yang dimiliki sebanyak 6 armada.
Selain itu, Garuda juga akan terus memaksimalkan strategi pengembangan jaringan berbasis hub strategis, dengan memperkuat konektivitas penerbangan menuju destinasi penerbangan dengan demand penumpang yang tinggi dari sejumlah hub penerbangan strategis di Indonesia diantaranya Jakarta, Denpasar, Makassar hingga Kualanamu (Medan).
“Upaya tersebut yang turut kami optimalkan dengan memaksimalkan pengoperasian pesawat berbadan besar pada rute penerbangan dengan kinerja positif. Garuda Indonesia juga akan terus memaksimalkan pertumbuhan pasar umrah sebagai salah satu pangsa pasar yang menjanjikan dengan memaksimalkan aksesibilitas layanan penerbangan langsung umrah dari sejumlah kota besar di Indonesia menuju tanah suci”, ungkap Irfan.
“Lebih lanjut, lini bisnis kargo juga akan kami terus akselerasikan dengan turut memaksimalkan momentum pertumbuhan sektor ekspor nasional. Komitmen tersebut yang akan kami perkuat dengan mengembangan jaringan penerbangan kargo baik untuk charter maupun penerbangan berjadwal dalam mendukung aktivitas direct call ke berbagai Negara tujuan ekspor nasional”, papar Irfan.