Marketnews.id Tuntutan peningkatan modal buat bisnis bank mutlak dilakukan bila ingin melanjutkan niat membangun perbankan yang Kokok dan terpercaya.
Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) berencana akan melakukan penawaran terbatas dengan hak memesan terlebih dahulu atau rights issue sebanyak 10,92 miliar lembar saham dengan harga nominal Rp 100 per saham. Sebagian besar dana hasil rights issue akan digunakan untuk menambah modal inti perseroan jadi sekitar Rp 5,4 triliun.
PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS) berencana untuk melakukan penambahan modal melalui Penawaran Umum Terbatas (PUT) IV dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.
Berdasarkan prospektus perseroan, Senin, 13 Desember 2021, Bank IBK akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 10.928.961.749 saham dengan nilai nominal Rp100 per saham.
“Jumlah saham yang akan diterbitkan tersebut bergantung pada keperluan dana perseroan dan harga pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas IV,” ujar Direksi dalam keterbukaan informasi, dikutip Senin, 13 Desember 2021.
Direksi menyatakan, dalam hal terjadi perubahan jumlah maksimum saham yang akan diterbitkan, maka perseroan akan mengumumkannya bersamaan dengan iklan panggilan rapat, yaitu pada Selasa, 28 Desember 2021.
Bank IBK merencanakan pelaksanaan PUT IV pada 2022 dan/atau berdasarkan ketentuan POJK 14/2019, bahwa pelaksanaan PUT IV tersebut harus mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan sejak tanggal persetujuan Rapat.
“Sehubungan dengan rencana penambahan modal dengan memberikan HMETD, Perseroan bermaksud untuk meminta persetujuan para pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa [RUPSLB] yang akan diselenggarakan pada Rabu, 19 Januari 2022,” jelasnya.
Adapun, dana yang diperoleh dari penambahan modal tersebut akan digunakan untuk keperluan modal kerja Bank IBK, sehingga struktur permodalan Bank IBK akan menjadi lebih baik dan perseroan akan memiliki pendanaan yang cukup untuk menjalankan strategi usahanya.
“Dengan dilaksanakannya penambahan modal melalui PUT IV dalam jumlah sebanyak-banyaknya 10.928.961.749 saham, maka saham yang dikeluarkan perseroan sebelum PUT IV dapat terdilusi paling banyak 37,78 persen,” tulisnya.
Seperti diketahui, PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS) membukukan rugi tahun berjalan setelah pajak bersih sebesar Rp2,044 miliar untuk periode yang berakhir pada 30 September 2021.
Menurut manajemen, rugi tersebut menyusut 98 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari rugi periode yang sama tahun lalu senilai Rp97,53 miliar.
Kerugian yang menyusut ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 16 persen yoy atau Rp689,69 miliar. Sementara, beban bunga menyusut menjadi 4 persen yoy atau Rp454,24 miliar pada kuartal III tahun ini. Alhasil, pendapatan bunga bersih naik 89 persen yoy menjadi Rp235,45 miliar.
Bank IBK mencatat kredit yang diberikan naik 11 persen secara year-to-date (ytd) pada kuartal III tahun ini. Kredit yang diberikan sebesar Rp5,10 triliun per 31 Desember 2020 menjadi Rp5,64 triliun per 30 September 2021.
Demikian pula pada penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 13 persen ytd menjadi Rp5,50 triliun. Pertumbuhan tersebut berasal dari dana murah berupa giro dan tabungan (CASA) yang tumbuh sebesar 24 persen ytd, dari Rp1,34 triliun menjadi Rp1,65 triliun.
Selain itu, Bank IBK juga tercatat mendapatkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di level 4,37 persen secara gross dan 2,98 persen secara net pada 30 September 2021.
Untuk NIM dan BOPO, AGRS mencatatkan rasio masing-masing sebesar 2,79 persen dan 100,38 persen.
Adapun, rasio pengembalian aset (return on asset/ROA) menyusut sebesar 0,02 persen di kuartal III tahun ini. Sementara itu, rasio ROE juga menyusut sebesar 0,15 persen.