Home / Korporasi / BUMN / Pengamat : Pemerintah Harus Hati hati Lalui Proses Transisi Energi Fosil Ke Energi Terbarukan. Agar Tidak Terjadi Krisis Energi

Pengamat : Pemerintah Harus Hati hati Lalui Proses Transisi Energi Fosil Ke Energi Terbarukan. Agar Tidak Terjadi Krisis Energi

Marketnews.id Transisi energi memang sangat dibutuhkan demi keberlanjutan energi di masa mendatang. Tapi perlu diingat, transisi energi masih membutuhkan waktu panjang untuk menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan. Jadi, jangan terlalu memaksakan diri untuk segera melakukan revolusi secara cepat dan terburu-buru agar tidak terjadi seperti yang di hadapi oleh Eropa dan Tiongkok saat ini.

Pemerintah diminta untuk tidak over confident terhadap program transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Sebab jika tanpa memperhitungkan kondisi dan fakta saat ini maka yang akan terjadi adalah gejolak seperti yang sudah terjadi di Eropa dan Tiongkok yang sebelumnya mendeklarasikan untuk melakukan pengurangan konsumsi energi fosil.


Mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rudi Rubiandini RS mengatakan, transisi energi memang sangat dibutuhkan demi keberlanjutan energi di masa mendatang.

Namun perlu dicatat bahwa transisi energi masih membutuhkan waktu yang panjang untuk menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan. Oleh sebab itu tidak perlu memaksakan diri untuk segera melakukan revolusi secara cepat dan terburu-buru.


“Bahwa EBT perlu dikembangkan dan diberi jalan yang lebar untuk mensubstitusi kelangkaan energi fosil di masa datang sangatlah benar dan bijak, tetapi bukan besok, karena dengan berbagai faktor baik teknis, ekonomis, dan infrastruktur serta teknologi penerima energi, masih perlu jalan panjang untuk mampu mengganti energi fosil,” kata Rudi dalam keterangannya, Senin, 11 Oktober 2021.


Dia memberikan contoh kondisi riil di Eropa dan Tiongkok yang terjadi krisis energi karena pemerintahannya terlalu ambisius melakukan perubahan kebijakan penyediaan energi.

Di saat terjadi persoalan dalam penyediaan sumber EBT secara otomatis suplai menjadi berkurang yang akhirnya kembali mengandalkan energi fosil dalam pemenuhannya.


Fakta lainnya bahwa rata-rata negara di dunia masih mengandalkan sumber energi fosil sebesar 70 persen. Di Indonesia sendiri sumber energi dari bahan fosil masih sekitat 85 persen. Dengan selisih yang tidak terlalu besar ini seharusnya pemerintah juga tidak perlu terburu-buru mengejar ketertinggalan di saat segala sesuatunya belum siap.


“Ini cukup menjadi pelajaran bagi para pengambil keputusan dalam bidang energi, bahwa tidak bisa gegabah dan tergopoh-gopoh dalam membuat langkah-langkah strategis jangka panjang,” tukasnya.

Check Also

Laba Bersih Bank Jabar Anjlok 23 Persen Jadi Rp1,369 Triliun Di 2024

MarketNews.id-Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (BJBR) atau Bank Jabar membukukan pertumbuhan kredit yang …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *