MarketNews. Id Manajemen Futura Energi Global (FUTR), masih belum memiliki penerima manfaat akhir atau ultimate beneficial owner (UBO) paska meninggalnya Halim Suwandi pada tanggal 21 Juni 2025.
Direktur Utama FUTR, Tonny Agus Mulyantono menyatakan, bahwa surat ahli waris dari penerima manfaat akhir perseroan masih dalam proses.
“Penetapan ahli waris dari UBO Perseroan masih dalam proses.” Tulis Tonny dalam jawaban atas pertanyaan BEI dikutip Sabtu 23.Agustus 2025.
Namun dia menegaskan, pemegang saham utama perseroan masih sama yakni Digital Futurama Global. Sehingga segala keputusan Pemegang saham utama perseroan menjadi wewenang dari direksi dan komisaris PT Digital Futurama Global saat ini.
Pertanyaan BEI ini terkait dengan rencana Digital Futura Global menjual 3,273 miliar lembar atau 49,325 persen porsi saham pada FUTR kepada Aurora Dhana Nusantara (Ardhantara )yang diumumkan pada tanggal 15 Agustus 2025.
Tony mengungkapkan, proses negosiasi penjualan saham perseroan dilakukan Yadi Hermayadi dan Selvi selaku pemegang saham sekaligus direksi Digital Futurama Global (DFG) selaku calon penjual Ardhantara.
Jika dirunut lebih jauh, Halim Suwandi menjadi penerima manfaat akhir FUTR melalui Hexa Prima Nusantara jelasnya, Halim memegang 99 persen saham Hexa Prima Nusantara. Sedangkan Hexa Prima Nusantara menguasai 99,99 persen saham Digital Futura Global. Selanjutnya, Digital Futurama Global memiliki 49,32 persen saham FUTR.
Hexa Prima membeli 24.999 lembar atau 99,99 persen saham Digital Futurama Global dari Investasi Gemilang Maju pada tanggal 21 Oktober 2024. Adhie M Marsadi tercatat memegang 70 persen Investasi Gemilang dan 30 persen lainnya dikempit Citra Darmatitisari.
Saat itu Halim berencana mengendalikan FUTR menjadi perusahaan energi baru terbarukan dan teknologi ramah lingkungan. Hal itu dibekali dengan 20 tahun pengalamanya dibidang tersebut.
Rencana itu tampaknya akan diteruskan oleh calon pegendali baru FUTR. Tonny mendapat penjelasan dari manajemen Digital Futurama Global bahwa Ardhantara menguasai konsesi panas bumi di Gunung Slamet dengan potensi terpasang kurang lebih 220 MW. Proyek ini telah memiliki perjanjian jual beli lisrik dengan PLN.
Tonny juga mendapat contekan pengurus Ardhantara, Anggara Suryawan selaku Komisaris dan Direktur Utama dijabat oleh Gregory Dhana N. Namun Tonny belum mendapatkan siapa pemilik Ardhantara karena masih proses negosiasi.
Abdul Segara