MarketNews.id-Link Net (LINK), membukukan kenaikan pendapatan 47,1 persen secara tahunan menjadi Rp1,576 triliun pada akhir Juni 2025.
Bila dirinci, pendapatan sewa jaringan korporasi melesat 3,305 persen secara tahunan menjadi Rp579,34 miliar. Senada, pendapatan TV kabel pelanggan korporasi terbang 2.247 persen secara tahunan menjadi Rp493,7 miliar.
Demikian juga dengan pendapatan lain lain pelanggan korporasi melonjak 180,5 persen secara tahunan menjadi Rp101,7 miliar. Lalu, pendapatan jasa internet broadband pelanggan korporasi tumbuh 9,8 persen secara tahunan menjadi Rp401,7 miliar.
Namun beban usaha bengkak secara tahunan menjadi Rp2,261 triliun. Salah satu pos pemicunya, beban jaringan dan beban langsung lainnya naik 135,1 persen secara tahunan menjadi Rp816,04 miliar.
Dampaknya, anak usaha Axiata Investments menderita rugi sebelum pajak penghasilan sedalam Rp685,16 miliar pada akhir Juni 2025. Nilai kerugian ini menyusut dibanding akhir Juni 2024 yang menembus Rp805.5 miliar.
Bahkan rugi periode berjalan bengkak secara tahunan menyentuh Rp691,6 miliar. pasalnya, semester 1 2025 LINK tidak mencatatkan laba hasil operasi yang dihentikan. Sedangkan pos ini pada semester I 2024 tercatat laba hasil operasi yang dihentikan Rp494,97 miliar.
Pos itu berasal penjualan lini bisnis segmen perumahan senilai Rp1,87 triliun kepada XLSmart Telecom Sejahtera (EXCL).
Presiden Direktur LINK, Kanishka Gayan Wickrama melaporkan rugi bersih sedalam Rp691, 69 miliar pada semester I 2025. Nilai kerugian itu bengkak 145,03 persen dibanding semester I 2024 yang tercatat Rp282,3 miliar.
Akibatnya, saldo laba belum dicadangkan berkurang 36,2 persen dibanding akhir tahun 2024 menjadi Rp1,224 triliun pada akhir Juni 2025.
Pada gilirannya, total ekuitas turut terpangkas 13,9 persen dibanding akhir tahun 2024 menjadi Rp4,308 triliun pada akhir Juni 2025.
Sementara itu, jumlah kewajiban bertambah 13,4 persen dibanding akhir tahun 2024 menjadi Rp10,112 triliun pada akhir Juni 2025.
Adapun rasio keuangan penting antara lain Rasio Lancar 35 persen; ROA -5 persen; ROE -26 persen, dan Ebitda terhadap pendapatan 28 persen.
Abdul Segara