MarketNews.id-Sepanjang Semester pertama 2025, Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), telah catatkan Obligasi Korporasi senilai Rp90, 9 triliun Naik 48,31 persen dibandingkan semester pertama tahun lalu.
Sementa dari sisi penggunaan, sebesar Rp56,26 triliun untuk kebutuhan modal kerja dan sebesar Rp31, 49 triliun untuk refinancing surat utang jatuh tempo.
Direktur Utama Pefindo Irmawati Amran menyampaikan, mayoritas penerbitan surat utang ditujukan untuk kebutuhan modal kerja yang mencapai Rp56,26 triliun. Nilai tersebut lebih tinggi dari periode sama tahun sebelumnya yakni Rp38,61 triliun.
“Hal tersebut menunjukkan adanya kegiatan-kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh para perusahaan dengan pendanaan melalui surat utang,” ujarnya dalam acara Media Forum yang digelar secara daring, Selasa 8 Juli 2025.
Sementara itu, sebanyak Rp31,49 triliun dari total emisi obligasi korporasi itu digunakan emiten untuk memenuhi kebutuhan refinancing surat utang jatuh tempo. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp15,21 triliun.
Pefindo memperkirakan pada semester II/2025, penerbitan surat utang korporasi tetap semarak karena nilai jatuh tempo surat utang yang cukup besar jelang akhir tahun.
Menurut catatan Pefindo, nilai obligasi jatuh tempo 2025 mencapai Rp161,2 triliun, dengan Rp96,43 triliun jatuh pada paruh kedua.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto menyatakan, bahwa tingginya nilai jatuh tempo menjadi salah satu katalis utama untuk meningkatkan aktivitas penerbitan obligasi baru untuk kebutuhan refinancing selama Juli-Desember 2025.
“Memang kebutuhan untuk refinancing juga melonjak dua kali lipat sehingga kemungkinan ke depan masih akan banyak penerbitan yang dilakukan,” ucapnya.
Berdasarkan data Pefindo, sektor yang paling aktif menerbitkan obligasi selama semester I/2025 mencakup industri pulp & paper, multifinance, perbankan, dan pertambangan.
Di samping itu, kelompok non-Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendominasi nilai penerbitan sebesar Rp60,91 triliun, sedangkan BUMN mencatatkan Rp29,98 triliun.
Dari sisi rating, surat utang dengan peringkat AAA masih mendominasi penerbitan maupun outstanding masing-masing sebesar 48,7 persen dan 44,3 persen.
Dari sisi tenor, mayoritas obligasi yang diterbitkan tahun ini berada pada jangka waktu 3 tahun yaitu 40,7 persen.