Home / Otoritas / Bursa Efek Indonesia / Ekonom INDEF Ingatkan Kebijakan Tariff AS Dapat Mengancam Indusri Lokal

Ekonom INDEF Ingatkan Kebijakan Tariff AS Dapat Mengancam Indusri Lokal

MarketNews.id-Ekonom Indef menilai, kesepakatan tariff dagang Indonesia dan Amerika Serikat (AS) dapat membebani BUMN dan mengganggu stabilitas neraca perdagangan serta nilai tukar, khususnya di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Kesepakatan dagang terbaru antara Indonesia dan Amerika Serikat, diumumkan pada 15 Juli 2025, menurunkan tarif impor barang Indonesia ke AS dari 32 persen menjadi 19 persen, sementara produk AS masuk ke Indonesia dengan tarif 0 persen.

Indonesia juga berkomitmen membeli produk energi AS senilai USD15 miliar, pertanian USD4,5 miliar, dan 50 pesawat Boeing.

Hal itu dipicu masuknya produk pangan AS tanpa tarif berisiko bagi petani lokal dan program swasembada pangan. Klausul transhipment juga menyulitkan strategi ekspor berbasis bahan baku impor. Dari sisi fiskal, komitmen pembelian produk AS, terutama pesawat.

Direktur Eksekutif INDEF,  Esther Sri Astuti menyoroti kerentanan Indonesia akan ketergantungan pada pasar tertentu, terutama Amerika Serikat, dapat memunculkan risiko besar apabila terjadi fluktuasi kebijakan tarif, seperti pada era pemerintahan Trump.

Ia menilai Indonesia tidak boleh hanya terpaku pada pasar AS, sebab data BPS menunjukkan potensi besar juga terdapat di pasar Tiongkok dan Uni Eropa, selain ASEAN.

Ia menjelaskan bahwa lima negara importir terbesar ke Indonesia adalah Tiongkok (73,85), Singapura (21,53), Jepang (14,38), Amerika Serikat (12,02), dan Malaysia (10,92), dengan total kontribusi sebesar 56,68% terhadap nilai impor nasional.

“Produk yang biasanya diekspor ke Uni Eropa, seperti minyak nabati, produk hewani, dan mineral (yang bersifat padat karya), juga merupakan komoditas serupa yang dikirim ke pasar AS. Artinya, ketika pasar AS sedang tidak menguntungkan, Uni Eropa bisa menjadi alternatif utama,” usul dia dalam diskusi Indef secara daring, Senin 21 Juli 2025.

Peneliti Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF,  Ahmad Heri Firdaus mengingatkan pangsa pasar AS terhadap Indonesia hanya 10 persen yang berasal dari tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki banyak dikirim ke sana.

“Ketika tarif impor diberlakukan, produk Indonesia akan menghadapi persaingan ketat dengan negara lain, apalagi 26 negara lain juga terkena tarif baru, bahkan ada yang mencapai 50 persen. Di sisi lain, AS mensyaratkan tarif 0 persen untuk produk mereka yang masuk ke Indonesia, yang berisiko membanjiri pasar domestik dengan barang-barang impor,” terang dia.

Heri menekankan pentingnya Indonesia menganalisis apa yang sebenarnya akan diimpor dari AS dan bagaimana dampaknya terhadap industri dalam negeri.

“ Tarif kecil bukan berarti aman. Sebab, dengan struktur produk Indonesia yang padat karya, kenaikan harga sedikit saja bisa berdampak besar,” kata dia.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan INDEF, M Rizal Taufikurahman memperingatan, bahwa membanjirnya produk konsumsi AS ke Indonesia dapat menurunkan harga barang dalam jangka pendek, tetapi akan melemahkan sektor produksi domestik dalam jangka panjang, terutama jika tidak diimbangi dengan peningkatan ekspor.

“Hal ini akan memperburuk posisi fiskal dan mengancam pertumbuhan berkelanjutan Indonesia.” Ingat dia.

Abdul Segara

Check Also

SBMA Kena Tegur OJK Katagori Ringan Notasi F

MarketNews.id-Otoritas Jasa Keuangan (OJK), selaku pengawas industri pasar modal telah menjatuhkan sanksi administrasi dan perintah …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *