MarketNews.id- PGN Gagas tengah menyiapkan berapa langkah untuk meningkatkan pemakaian BBG (Bahan Bakar Gas), kendaraan tranportasi umum seperti bajaj, mitra aplikator layanan tranportasi hingga kendaraan pribadi.
Menurut Direktur Utama PGN Gagas, Santiaji Gunawan bahwa dalam membangun ekosistem BBG perlu diperhatikan infrastruktur, pasokan dan demand atau permintaan.
“Bagian kami menyiapkan infrastrukurnya yang merupakan bagian dari pelayanan publik,”kata dia kepada media saat ditemui di Taman Jargas Nusantara dikutip, Selasa 10 Juni 2025.
Ia merinci, PGN Gagas sementara ini mengelola 11 SPBG ( Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas) yang dibangun sendiri berlokasi di Jakarta, Jawa Barat, Serang, Lampung, Bali dan Kalimantan. Selain itu, PGN Gagas juga memiliki 4 MRU( Mobile Refueling Unit) bergerak sesuai kebutuhan.
“Nah, untuk mengatasi kelangkaan SPBG. PGN Gagas akan mengelola SPBG milik Pertamina,” kata dia.
PGN Gagas tak hanya memikirkan cara mendapatkan BBG, Menurut Santiaji bahwa tengah dirancang pendirian bengkel kendaraan BBG di berapa SPBG.
“Saat ini hanya ada 2 bengkel kendaraan BBG, jadi ini juga menjadi kendala kawan kawan pemakai BBG,” terang dia.
Tak cukup itu, dia juga tengah menyusun proposal skema pembiayaan converter BBG dengan cara menaikan harga jual BBG dari Rp4.500 per LSP ( Liter Setara Premiun) menjadi Rp6.500 per LSP.
“kami sudah mengusulkan kepada BPH Migas untuk nyicil konverter. Sementara ini disetujui. Jadi kalau setiap hari nyicil Rp2.000 paling 1 tahun 4 bulan selesai dan konvertor jadi milik mereka,” papar dia.
Sebenarnya, PGN Gagas telah memiliki program lain yang telah dijalankan selama ini. Menurut Ketua Komogas( Komunitas Mobil Gas), Andy Lala bahwa PGN Gagas miliki program peminjaman converter kit BBG.
“Hanya kedepannya konsepnya mungkin disesuaikan dengan temuan di lapangan agar bisa lebih meringankan. Misalnya kerjasama dengan perusahaan pembiayaan atau skema terbaik dari Gagas,” harap dia.
Ia mengaku, komunitasnya beranggotakan 450 orang yang umumnya berprofesi sebagai mitra aplikator layanan kendaraan umum.
“Jumlah kami baru 450 karena banyak yang belum tahu manfaatnya,”kata dia.
Padahal menurut dia, penggunaan BBG dapat menekan beban biaya bahan bakar sampai 55 persen dibanding memakai BBM (Bahan Bakar Minyak).
“ Tadinya beban bahan bakar Rp300-Rp400 ribu perhari sekarang pakai BBG Rp170 ribu per hari. Jadi kalau sebulan jalan 400 KM dengan tarif Rp5.000 per kilo maka pendapatan mitra Rp20 juta dengan penghematan Rp6,6 juta perbulan, ” ungkap dia.
Abdul Segara