MarketNews.id- (WIKA) mengalami penyusutan pendapatan sedalam 14,6 persen secara tahunan menjadi Rp19,242 triliun pada tahun 2024.
Walau beban pokok pendapatan turun 14,07 persen secara tahunan menjadi Rp17,724 triliun. Tapi laba kotor terpangkas 18,4 persen secara tahunan menjadi Rp1,518 triliun.
WIKA berhasil membukukan laba usaha Rp1,986 triliun pada tahun 2024. Membaik dibanding tahun 2023 yang tercatat rugi usaha sedalam Rp3,828 triliun.
Salah satu penopangnya, penghasilan lain lain melonjak 721 persen secara tahunan menjadi Rp5,445 triliun. Penghasilan tersebut dari keuntungan dari restrukturisasi pinjaman.
Namun WIKA masih menderita rugi sebelum pajak sedalam Rp2,461 triliun atau berkurang 68,3 persen secara tahunan. Salah satu pos penekannya, beban keuangan naik 2,37 persen secara tahunan menjadi Rp3,282 triliun.
Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito melaporkan rugi bersih sedalam Rp2,266 triliun pada tahun 2024. Nilai itu berkurang 68,2 persen dibanding tahun 2023.
Dampaknya, defisit atau akumulasi kerugian menukik sedalam 32,3 persen secara tahunan menyentuh Rp9,539 triliun.
Sementara itu, total ekuitas bertambah 24,2 persen secara tahunan menjadi Rp11,871 triliun pada akhir tahun 2024.
Pada sisi lain jumlah kewajiban berkurang 8,5 persen sedalam secara tahunan menjadi Rp51,684 triliun pada akhir Desember 2024.
Laporan keuangan WIKA tahun 2024 tersebut mendapat opini wajar dalam semua hal material oleh Akuntan Publik Eishennoraz dari KAP Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan.
Hanya saja dia menyoroti catatan 56 yang mengungkapkan rugi bersih dan defisit serta gagal bayar surat utang senilai Rp1,006 triliun pada tanggal 18 Februari 2025.
“kondisi tersebut, beserta hal-hal lainnya mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan WIKA untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,” tulis Eishennoraz.
Bila menilik catatan 56, telah menyusun rencana untuk keluar dari kemelut itu mulai dari bermitra dengan Strategic Partner yang memiliki pengalaman, SDM, dan kondisi finansial yang kuat hingga Membuka kembali diskusi dengan para kreditur untuk mendapatkan keringanan pembayaran bunga dan pokok pinjaman.
Namun dia mengakui kemampuan WIKA untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya masih tergantung pada dukungan keuangan melalui Penyertaan Modal Negara dan Efektivitas langkah-langkah tersebut tergantung pada eksistensi dari Manajemen serta kondisi ekonomi dan bisnis di masa depan dimana Grup beroperasi.
“Oleh karena itu masih terdapat ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan usaha.”tulis Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito dalam laporan keuangan tahun 2024 yang diunggah pada laman BEI dikutip Jumat 28 Maret 2025.
Abdul Segara