MarketNews.id- Pemberlakuan penolakan penawaran jual-beli secara otomatis atau auto rejection asimetris perlu dipikirkan operator bursa dalam meredam tekanan pada IHSG ( Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Menurut Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia, Budi Frensidy bahwa penerapan auto rejection asimetris perlu dipertimbangkan bila IHSG telah turun di bawah level 6.000.
“Kalau IHSG jebol sampai di bawah 6.000 , mungkin auto rejection asimetris juga diperlukan,” kata dia kepada MarketNews Jumat 28 Februari 2025.
Namun sementara itu saat IHSG masih berada di atas level 6.000 an, dia menilai rencana mengkaji penundaan jual kosong atau short selling dan buy back tanpa persetujuan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) layak dipertimbangkan.
“Kalau sudah jatuh dalam seperti ini memang seperti itu ( red- larangan short sell) dan proses buy back dipermudah,”ujar Budi.
Namun Mantan Direktur Utama Bursa Efek Jakarta, Hasan Zein Mahmud menilai rencana tersebut tidak bisa memulihkan kondisi psikologis pelaku pasar yang telah hilang kepercayaan.
“Kondisi saat ini tidak bisa direparasi dengan hanya otak atik teknis,” ulas dia.
Seperti diketahui, BEI menerapkan auto rejection asimetris saat menghadapi dampak Covid 19 pada Maret 2020.
Batasan auto rejection yang berlaku saat ini sesuai Keputusan Direksi Nomor Kep-00023/BEI/03-2020 antara lain:
Harga saham Rp50 – Rp200, batas naik dan turunnya dalam sehari adalah 35 Persen.
Harga saham Rp200 – Rp5000, batas naik dan turunnya dalam sehari adalah 25 persen
Harga saham di atas Rp5000, batas naik dan turunnya dalam sehari hanya 20 persen.
Bila diberlakukan auto rejection asimetris maka angka batasan itu hanya berlaku pada ARA (auto rejection batas atas). Sedangkan batasan ARB (Auto Rejection batas bawah ) akan ditentukan kembali oleh BEI.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) longsor 214,85 poin atau -3,32 persen ke level 6.270,6 pada penutupan akhir pekan ini, Jumat 28 Februari 2025.
Dengan demikian, IHSG telah turun 7,83 persen dalam seminggu perdagangan. Jika dihitung dalam satu bulan bursa, IHSG turun 11,35 persen.
Abdul Segara