MarketNews.id-Mayora Indah (MYOR), membukukan pertumbuhan penjualan bersih 14,5 persen secara tahunan menjadi Rp36,072 triliun pada tahun 2024.
Bila dirinci, penjualan ke pasar dalam negeri tumbuh 16,57 persen secara tahunan menjadi Rp20,726 triliun. Senada, nilai ekspor meningkat 11,6 persen secara tahunan menjadi Rp15,361 triliun.
Sayangnya, beban pokok penjualan bengkak 20,4 persen secara tahunan menjadi Rp27,77 triliun. Salah satu pos pemicunya, beban bahan baku dan pembungkus yang digunakan naik 29,1 persen secara tahunan menjadi Rp23,5 triliun.
Dampaknya, laba kotor terpangkas 1,2 persen secara tahunan menjadi Rp8,302 triliun. Senasib, laba usaha melorot 8,9 persen secara tahunan menjadi Rp3,915 triliun. Demikian juga laba sebelum pajak yang merosot 5,1 persen secara tahunan menjadi Rp3,881 triliun.
Akhirnya, Direktur Utama MYOR, Andre Sukendra Atmadja melaporkan laba bersih sepanjang tahun 2024 sebesar Rp3 triliun. Nilai itu menyusut 6,04 persen dibanding tahun 2023 yang mencapai Rp3,193 triliun.
Akibatnya, laba per saham dasar merosot ke level Rp134 per lembar pada akhir tahun 2024. Sedangkan akhir tahun 2023 berada di level Rp143 per helai.
Data tersebut tersaji dalam laporan keuangan tahun 2024 telah audit emiten produsen makanan dan minuman ringan ini dikutip Sabtu 1 Maret 2025.
Sementara itu, jumlah kewajiban bertambah 47,01 persen secara tahunan menjadi Rp12,626 triliun pada akhir tahun 2024. Salah satu pos yang mengalami lonjakan yakni utang bank jangka pendek yang melejit 3.129 persen secara tahunan menjadi Rp2,745 triliun.
Pada sisi lain, total ekuitas meningkat 12,5 persen secara tahunan menjadi Rp17,102 triliun pada akhir tahun 2024.
Patut dicermati, kas bersih digunakan untuk operasi sepanjang tahun 2024 menyentuh Rp463,35 miliar.
Pasalnya, penerimaan dari pelanggan dan lain lain Rp35,017 triliun. tapi pada saat yang sama pembayaran kepada pemasok, kontraktor, karyawan dan lainnya mencapai Rp34,428 triliun.
Selain itu, MYOR harus membayar pajak penghasilan Rp1,058 triliun, pembayaran bunga Rp412,5 miliar, dan pembayaran imbalan kerja jangka panjang Rp143,95 miliar.
Adapun persedian bertambah 81,01 persen secara tahunan menjadi Rp6.437 triliun. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat cadangan penurunan nilai dan persediaan uang pada tanggal 31 Desember 2024.
Abdul Segara