MarketNews.id- XL Axiata (EXCL) mencatatkan pertumbuhan pendapatan 6,1 persen secara tahunan menjadi Rp 34,39 triliun pada tahun 2024.
Peningkatan pendapatan tersebut kemudian mendorong pertumbuhan EBITDA 13 persen secara tahunan menjadi Rp 17,88 triliun, dengan EBITDA margin yang meningkat menjadi 52 persen.
Akhirnya, Presiden Direktur EXCL, Dian Siswarini melaporkan laba bersih Rp 1,85 triliun atau naik 45 persen.
Sehingga laba bersih per saham terkerek menjadi Rp139 per lembar pada akhir Desember 2024. Sedangkan akhir tahun 2023 berada di level Rp96 per helai.
Dian merinci, perseroan meningkatan Average Revenue Per User (ARPU) naik menjadi Rp 43 ribu. Kenaikan ARPU ini seiring dengan pertumbuhan trafik data yang meningkat 9 persen secara tahunan mencapai 10.547 Petabytes.
“Hasil itu ikut mendorong kenaikan kontribusi pendapatan layanan Data dan Digital hingga mencapai sebesar 92 persen dari total pendapatan.
Sementara itu, peningkatan trafik tidak terlepas dari kuatnya basis pelanggan yang berkualitas sebanyak 58,8 juta,”papar Dian dalam keterangan tertulis, Rabu 5 Februari 2025.
Dian menambahkan, keberhasilan kinerja sepanjang tahun 2024 tidak terlepas dari upaya perusahaan dalam meningkatkan efisiensi di setiap lini bisnis dengan cermat.
Salah satu langkah yang diambil adalah mengoptimalkan pengeluaran untuk keperluan penjualan dan pemasaran, yang berhasil ditekan hingga 15 persen.
Selain itu, biaya infrastruktur bisa diturunkan hingga 2 persen, dengan perusahaan lebih berfokus untuk meningkatkan site profitability serta menerapkan strategi jaringan yang lebih efisien dan efektif.
Posisi utang kotor EXCL tercatat sebesar Rp 12,5 triliun, sementara utang bersih mencapai Rp 11,1 triliun.
Rasio gearing net debt to EBITDA (termasuk finance lease) berada pada angka 2,5x, mencerminkan manajemen utang yang prudent.
Dari total pinjaman yang ada, 53 persen memiliki suku bunga tetap (fixed), sementara 47 persen lainnya menggunakan suku bunga mengambang (floating), menunjukkan diversifikasi yang bijaksana dalam struktur pembiayaan.
Kemudian, free cash flow (FCF) perusahaan berada pada tingkat yang sehat, dengan peningkatan sebesar 20 persen, mencapai Rp 10,5 triliun.
Abdul Segara