MarketNews.id Media Investasi dan Pasar Modal
Related Articles
MarketNews.id-ESSA Industries Indonesia (“ESSA”), emiten kilang LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan pabrik Amoniak kongsian Chander Vinod Laroya,Garibaldi Thohir, dan TP Rachmat mengalami penyusutan pendapatan 13 persen menjadi USD 301 juta pada tahun 2024.
Hal itu terutama disebabkan oleh turunnya harga amoniak sebesar 15 persen dengan harga ratarata sebesar USD 350/MT.
Namun beban pokok pendapatan turun 19,9 persen secara tahunan menjadi USD193,36 juta. Salah satu pos pengurang beban, bahan baku digunakan turun 19,4 persen secara tahunan menjadi USD116,66 juta. Senada, beban pabrikasi menyusut 18,8 persen secara tahunan menjadi USD69,52 juta.
Sehingga laba kotor tumbuh 4,8 persen secara tahunan menjadi USD108,04 juta. Seirama, laba sebelum pajak penghasilan naik 24,1 persen secara tahunan menjadi USD76,694 juta. Salah satu pendongkraknya, beban keuangan berkurang 43,1 persen secara tahunan menjadi USD10,085 juta.
Presiden Direktur ESSA, Kanish Laroya melaporkan, laba bersih setara USD45,181 juta pada tahun 2024. Hasil itu naik 30,3 persen dibanding tahun 2023 yang tercatat USD34, 614 juta.
Sehingga laba per saham dasar terkerek ke level USD2,623 per 1.000 lembar pada akhir Desember 2024. Sedangkan akhir tahun 2023 berada di level USD2,033 per 1.000 per helai.
ESSA SAF Makmur, anak usaha ESSA akan membangun fasilitas manufaktur greenfield berteknologi tinggi di Jawa Tengah untuk memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) hingga ±200.000 MT per tahun. Pabrik ini akan operasional secara komersial ditargetkan mulai pada kuartal pertama 2028.
Mengacu laporan keuangan tahun 2024 telah audit ESSA tercantum jumlah kewajiban USD139,79 juta. Angka itu berkurang 29,4 persen dibanding tahun 2023 yang mencapai USD197,69 juta.
Pada sisi lain, total ekuitas tumbuh 11,26 persen secara tahunan menjadi USD553,87 juta pada akhir tahun 2024.
Abdul Segara
