MarketNews.id-Berapa emiten terpantau mengembangbiakan dana hasil penawaran umum perdana saham, atau initial public offering (IPO) dalam jumbo di instrument investasi tergolong pasif seperti deposito hingga obligasi.
Misalnya, Cisarua Mountain Dairy (CMRY) yang meraih dana dari investor pasar modal lewat IPO Rp3,655 triliun pada 6 Desember 2021. Tapi setelah 2 tahun, emiten pedagang susu tersebut masih menyimpan dana IPO sebesar Rp2,192 triliun.
Dengan kata lain, emiten milik Bambang Sutantio belum menempatkan 58,3 persen dana IPO sesuai dengan prospektus.
Mengutip laporan dana hasil penawaran umum, Selasa 14 Januari 2025 CMRY baru menempatkan dana IPO sebesar Rp1,3 triliun.
Rinciannya, belanja untuk penambahan kapasitas Rp903.44 miliar; modal kerja operasinal Rp251,06 miliar dan ekpansi saluran distribusi Rp223,001 miliar.
CMRY dalam prospektus menyatakan, akan menggunakan dana IPO untuk belanja modal penambahan kapasitas produksi Rp1,176 triliun; setoran modal kepada anak usaha, Macroprima Panganutama Rp892,4 miliar; Setoran modal kepada anak usaha, Macrosentra Niagaboga Rp713,93 miliar, dana modal kerja Rp251,06 miliar.
Oleh manajemen CMRY dana IPO senilai Rp2,1 triliun malah ditempatkan pada deposito berjangka hingga surat utang.
Bila dirinci, Deposito berjangka 3 bulan Rp602,5 miliar pada BRI dengan bunga 6,5 persen. Lalu sisanya ditempatkan pada 9 SBN ( Surat Berharga Negara ) dengan bunga 3,85 persen hingga 7 persen.
Langkah senada telah lebih dulu dilakukan Bukalapak.com (BUKA), emiten peraih dana IPO terbesar sepanjang pasar modal diaktifkan kembali. Bukalapak mengantungi dana IPO sebesar Rp21,9 triliun pada Agustus 2021.
Tapi hingga 31 Desember 2024, Bukalapak.com masih menyimpan sisa dana IPO sebesar Rp9,33 triliun atau 42,6 persen dari dana hasil IPO.
Emiten wahana perdagangan daring milik Eddy Kusnadi Sariaatmadja juga mengembangbiakan dana sisa IPO pada deposito hingga SBN.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2024, BUKA melaporkan pendapatan keuangan sebesar Rp783,77 miliar.
Abdul Segara