MarketNews.id-Di tengah melemahnya daya beli masyarakat, Bursa Efek Indonesia (BEI) justru mencetak kinerja positif, dampak dari pelonggaran moneter bank sentral utama dunia. Peningkatan tersebut tercermin dari naiknya net buy investor asing di pasar saham sebesar Rp 21,92 triliun(qtq).
Kinerja pasar saham domestik pada Kuartal III 2024 menguat seiring sentimen positif tren pelonggaran kebijakan moneter bank sentral utama dunia.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengarakan investor nonresiden membukukan net buy di pasar saham sebesar Rp21,92 triliun qtq atau Rp49,64 triliun ytd.
“Nilai kapitalisasi pasar tumbuh 7,52 persen ytd menjadi Rp12.552 triliun,” kata Mahendra dalam keterangan tertulis usai rapat KSSK , di Jakarta, Jumat petang 18 Oktober 2024.
Sementara itu, penghimpunan dana oleh korporasi di pasar modal hingga akhir September 2024 (ytd) dalam tren positif, tercatat nilai penawaran umum mencapai Rp155,59 triliun dengan 29 emiten baru.
“Memasuki pertengahan Oktober 2024, di tengah tekanan di pasar keuangan global yang kembali meningkat, akumulasi aksi beli nonresiden di pasar saham domestik per 15 Oktober 2024 tercatat sebesar Rp43,35 triliun ytd,” ujar Mahendra.
Di sektor perasuransian, total aset industri asuransi per Agustus 2024 mencapai Rp1.132,49 triliun atau tumbuh 1,32 persen yoy. Kinerja asuransi komersial berupa akumulasi pendapatan premi meningkat di Agustus 2024 mencapai Rp218,55 triliun, tumbuh 5,82 persen yoy.
Permodalan di industri asuransi komersial pada Agustus 2024 masih solid secara agregrat, dengan RiskBased Capital (RBC) industri asuransi jiwa tercatat sebesar 457,02 persen dan asuransi umum/ reasuransi sebesar 323,74 persen, terjaga jauh di atas ambang batas 120 persen.
Di sisi industri dana pensiun, total aset dana pensiun per Agustus 2024 tumbuh 9,07 persen yoy dengan nilai sebesar Rp1.485,43 triliun, dengan aset dana pensiun sukarela sebesar Rp378,45 triliun atau tumbuh 4,83 persen yoy.
Adapun pada perusahaan penjaminan, outstanding penjaminan per Agustus 2024 tercatat tumbuh 11,25 persen yoy dengan nominal mencapai Rp418,13 triliun, dan aset tumbuh sebesar 7,26 persen yoy dengan nominal sebesar Rp47,90 triliun.
Sejalan dengan intermediasi di perbankan, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan masih tumbuh double-digit di level 10,18 persen yoy pada Agustus 2024, dengan pembiayaan modal kerja sebagai penopang pertumbuhan yang tumbuh sebesar 10,76 persen yoy.
Profil risiko perusahaan pembiayaan terjaga dengan rasio Non-Performing Financing (NPF) net tercatat sebesar 0,83 persen dan NPF gross sebesar 2,66 persen.
Pada industri fintech peer-to-peer (P2P) lending, outstanding pembiayaan pada Agustus 2024 tercatat tumbuh signifikan sebesar 35,62 persen yoy atau sebesar Rp72,03 triliun. Tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) turun dan dalam kondisi terjaga di posisi 2,38 persen.