Home / Otoritas / Bursa Efek Indonesia / Veranita Yosephine Kembali Ragu Kelangsungan Usaha CMPP Usai Catat Defisit Rp15 Triliun

Veranita Yosephine Kembali Ragu Kelangsungan Usaha CMPP Usai Catat Defisit Rp15 Triliun

MarketNews.id-Manajemen PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) kembali meragukan usaha perusahaan yang dipimpinnya karena berapa pos negatif hingga akhir Juni 2024.

CMPP mengalami rugi bersih menembus Rp1,296 triliun pada akhir Juni 2024, atau melejit 644 persen dibanding akhir Juni 2023.
Dampaknya, defisit atau akumulasi rugi kian menukik 9,09 persen dibanding akhir tahun 2023 menyentuh Rp15,6 triliun pada akhir Juni 2024.

Akhirnya, emiten penerbangan itu mengalami tekor modal atau defisiensi modal sedalam Rp9,196 triliun pada akhir Juni 2024.
Patut dicermati, jumlah aset lancar hanya Rp428 miliar pada semester I 2024. Tapi kewajiban jangka pendek mencapai Rp9,6 triliun pada periode yang sama.

Melihat pos pos negatif itu manajemen CMPP melakukan langkah langkah untuk keluar dari kemelut itu seperti terus bekerja sama dengan Grup AirAsia untuk menegosiasikan kembali biaya yang belum dibayar dengan vendor terutama dengan lessor pesawat hingga tetap fokus terhadap peluang bisnis lain seperti bisnis kargo.

Namun dalam catatan atas laporan keuangan, Direktur Utama CMPP, Veranita Yosephine mengakui
masih terdapat ketidakpastian atas kemampuan perseroan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, yang sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya keuangan untuk memenuhi kewajiban Grup ketika jatuh tempo.

Selain itu, perkembangan kondisi industri penerbangan serta dampaknya terhadap likuiditas dan pendapatan Grup di masa depan tidak dapat ditentukan.

”Oleh karena itu, terdapat suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan Grup dalam mempertahankan kelangsungan usahanya,” tulis Veranita dalam laporan keuangan semester I 2024 pada laman BEI dikutip, Rabu 31 Juli 2024.

Padahal dia melaporkan CMPP membukukan pendapatan Semester 1 2024 sebesar Rp 3,78 triliun, meningkat sebesar 24 persen dibandingkan semester yang sama tahun 2023 sebesar Rp 3,05 triliun.

“Kenaikkan pendapatan didorong oleh peningkatan jumlah penumpang sebesar 21 persen dengan total jumlah penumpang 3,32 juta dengan tingkat keterisian penumpang (load factor) naik sebesar 4 pts atau 87 persen dibandingkan Semester 1 2023,” tutur Veranita dikutip Rabu 31 Juli 2024.

Sebagian besar pendapatan berasal dari operasi penerbangan, dimana penjualan tiket kursi pesawat memberikan kontribusi sebesar Rp 3,2 triliun, diikuti oleh pendapatan dari bagasi dan pelayanan penerbangan sebesar Rp 518,8 miliar, serta pendapatan dari ancillary sebesar Rp 33,3 miliar dan kargo Rp 26,5 miliar.

Sedangkan pendapatan per kilometer kursi yang tersedia (RASK) naik sebesar 8 persen atau Rp 685 miliar, dengan peningkatan jumlah penerbangan sebesar 15 persen atau 2.900 penerbangan.

Jakarta menjadi sumber pendapatan utama senilai Rp 1,63 triliun, diikuti oleh Denpasar senilai Rp 1,38 triliun. Sementara itu, Surabaya dan Medan masing-masing mencatat angka Rp 488,54 miliar dan Rp 278,84 miliar.

Abdul Segara

Check Also

Kilang Pertamina Internasional (KPI) Raih Sertifikasi Internasional

MarketNews.id-PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), terus memantapkan langkah menjadi pemimpin transisi penggunaan bahan bakar ramah …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *