MarketNews.id- PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR) menaksir dana kelolaan (AuM) hingga akhir Juni 2024 sebesar Rp30,6 triliun, atau menyusut dari capaian periode yang berakhir Juni 2023 sebesar Rp32,6 triliun.
Pemicunya,dana kelolaan jenis Reksa dana saham turun 12,1 persen menjadi Rp20,8 triliun dari Rp23,6 triliun pada akhir Juni 2023. Tapi reksa dana saham tumbuh 6,4 persen menjadi Rp9,2 triliun.
Presiden Direktur AMOR, Ronaldus Gandahusada menyatakan industri manajemen aset Indonesia terus menghadapi tantangan yang signifikan dalam 12 bulan terakhir, yang berdampak pada penurunan aset kelolaan, khususnya reksadana.
“Perubahan peraturan baru-baru ini telah menghasilkan keberhasilan peluncuran lima produk KPD baru oleh Ashmore, yang menunjukkan kemampuan beradaptasi dan komitmen kami terhadap inovasi dalam keadaan pasar yang terus berubah. Meskipun pertumbuhan AuM industri secara keseluruhan melemah, Ashmore telah mengatasi tantangan dan merebut pangsa pasar,” papar dia dalam keterangan resmi, Jumat 12 Juli 2024.
Ia menerangkan selama 12 bulan terakhir, dampak dari kebijakan moneter yang lebih ketat telah mengakibatkan lemahnya perkembangan AuM industri, khususnya di sektor reksadana dengan AuM reksa dana saham turun sebesar empat persen sepanjang tahun.
“Namun, kinerja Ashmore relatif baik dan pangsa pasar reksa dana ekuitasnya meningkat dari 8,9 persen pada Juni 2023 menjadi 9,5 persen pada Juni 2024,” tutur dia.
Bahkan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) terus tumbuh mengikuti perubahan peraturan baru-baru ini, dengan Ashmore meluncurkan lima produk KPD baru sepanjang tahun.
Ia berharap pemerintahan Indonesia yang baru memberikan peluang yang menjanjikan bagi industri untuk lebih meningkatkan posisi pasar dan meraih prospek pertumbuhan baru.
“ Kami tetap teguh dalam mengejar pertumbuhan berkelanjutan dan tetap yakin pada kemampuan kami untuk memberikan hasil bagi klien dan mencapai tujuan pertumbuhan jangka panjang kami.”
Tak hanya secara tahunan, Dana kelolaan (AuM) AMOR secara kuartalan juga mengalami penurunan sebesar 5.1 persen ke level Rp30.6 triliun didorong oleh kinerja pasar saham dengan indeks acuan mengalami penurunan sebesar 3,1 persen sepanjang triwulan.
Pergerakan sebesar Rp1.6 triliun sepanjang triwulan tersebut didorong oleh kinerja negative sebesar Rp1.5 triliun dan arus keluar bersih sebesar Rp0,1triliun.
Sementara pasar ekuitas berada di bawah tekanan pada triwulan keempat menyusul kenaikan suku bunga Bank Indonesia pada bulan April dan lemahnya kinerja bank-bank dan perusahaan-perusahaan besar pada umumnya. Rupiah dipengaruhi oleh arus keluar asing dan bergerak di atas Rp16.000/US$ sepanjang periode.
Abdul Segara