MarketNews.id- PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom mencatatkan laba bersih Rp11,761 triliun pada semester I 2024, atau menyusut 7,8 persen dibanding periode sama tahun laluyang mencapai Rp12,756 triliun.
Dampaknya, laba per saham dasar melorot ke level Rp118,72 per lembar pada akhir Juni 2024. Sedangkan akhir Juni 2023 berada di level Rp128,77 per helai.
Padahal Direktur Utama TLKM, Ririek Adriansyah melaporkan pendapatan sebesar Rp75,292 triliun pada semester 1 2024. Hasil itu tumbuh 2,4 persen dibanding periode sama tahun lalu yang terbilang Rp75,478 triliun.
Penopangnya, pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika meningkat 8,4 persen secara tahunan menjadi Rp47,117 triliun. Senada, pendapatan interkoneksi tumbuh 8,5 persen secara tahunan menjadi Rp4,846 triliun.
Demikian juga dengan pendapatan dari layanan lainnya yang naik 26,4 persen secara tahunan menjadi Rp3,695 triliun.
Tapi pendapatan indohome menyusut 9,8 persen secara tahunan menjadi Rp12,972 triliun pada akhir semester I 2024. Senasib pendapatan telepon selular turun 33,7 persen secara tahunan menjadi Rp3,334 triliun.
Sayangnya, beban dan biaya bengkak 6,3 persen secara tahunan menjadi Rp53,657 triliun pada akhir Juni 2024. Adapun pos pemberatnya, beban operasi pemeliharaan dan jasa telekomunikasi naik 1,5 persen secara tahunan menjadi Rp19,464 triliun.
Selain itu, beban penyusutan dan amortisasi menggembung 1,1 persen secara tahunan menjadi Rp16,129 triliun.
Bahkan beban gaji karyawan melambung 20,9 perse secara tahunan menjadi Rp9,485 triliun pada akhir Juni 2024.
Dari pos ini, komponen pogram pensiun dini mencapai Rp1,241 trilun, pos ini nihil pada semester I 2023. Komponen gaji dan tunjangan juga naik 5,6 persen secara tahunan menjadi Rp5,279 triliun.
Pos lain pemberat beban dan biaya datang dari kerugian yang belum terjadi dari perubahan nilai wajar atas investasi sedalam Rp857 miliar. Pos ini pada semester 1 2023 justru meraih laba Rp412 miliar.
Akibat kenaikan beban dan biaya itu, laba usaha emiten telekomunikasi BUMN ini terpangkas 6,8 persen secara tahunan menjadi Rp21,635 triliun pada akhir Juni 2024.
Kian berat, biaya pendanaan naik 7,7 persen secara tahunan menjadi Rp2,419 triliun pada akhir Juni 2024. Sehingga laba sebelum pajak penghasilan merosot 6,5 persen secara tahunan menjadi Rp19,923 triliun.
Data tersebut tersaji dalam laporan keuangan semester I 2024 tanpa audit TLKM yang diunggah pada laman BEI dikutipp Selasa 30 Juli 2024.
Abdul Segara