MarketNews.id Radar PT Bursa Efek Indonesia (BEI), kembali Bereaksi setelah mengamati pergerakan harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang alami peningkatan harga yang melampaui batas atas.
Langkah yang dilakukan oleh BEI normatif, untuk mengkonfirmasi pihak BREN atas terjadinya peningkatan harga saham BREN. Selain itu, pihak BEI memberi kesempatan cooling down buat pemegang saham publik lainnya untuk meneliti dan mempelajari kenaikan harga BREN agar tidak tertinggal informasi dan terus memperhatikan informasi dari pihak BREN.
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) saham nya melonjak 7,05 persen ke Rp 9.875 (nyaris Rp 10.000) pada perdagangan 2 Mei 2024 , dan menjadi level tertingginya sepanjang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Seperti diketahui, BREN Barito Renewables baru mencatatkan sahamnya di BEI mulai 9 Oktober 2023, atau belum genap setahun. Perseroan menggelar initial public offering (IPO) dengan mematok harga Rp 780/saham dengan masa penawaran umum pada 3-5 Oktober 2023.
Dari harga perdananya hingga perdagangan 2 Mei kemarin, saham Barito Renewables Energy (BREN) telah melambung 1.166 persen.
Adapun saham BREN dihentikan sementara perdagangannya oleh BEI pada 3 Mei 2024 ini dalam rangka cooling down.
Seperti diketahui, Barito Renewables membukukan pendapatan US$ 145,41 juta dan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 28,83 juta.
BREN akan menggelar rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada 29 Mei 2024. Untuk tahun buku 2023, BREN membukukan laba bersih setelah pajak yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk konsolidasi sebesar US$ 107,4 juta (+17,9% yoy).
Sementara itu, ketika dikonfirmasi terkait pergerakan saham, Direktur dan Corporate Secretary BREN, Merly sempat menjelaskan, pihaknya tidak berada dalam posisi yang tepat untuk menanggapi terkait pergerakan harga saham karena hal tersebut merupakan mekanisme pasar/market.
“Terkait sentimen positif dari market, kami melihat bahwa hal ini merupakan refleksi dari kepercayaan dan apresiasi market terhadap langkah-langkah ekspansif yang dilakukan perusahaan,” ungkap Merly dalam keterangannya belum lama ini.
Memang, belum lama ini BREN telah menyelesaikan akuisisi pembangkit Listrik tenaga angin Sidrap 1 dengan nilai US$ 102,2 juta dengan kapasitas pembangkit Listrik sebesar 75 MW. Selain itu, BREN bermitra dengan anak usaha ACEN Renewables International juga telah menyelesaikan akuisisi dari tiga aset late-stage development di Sulawesi Selatan, Sukabumi, dan Lombok pada Januari kemarin.
Selesainya akuisisi strategis tersebut menandai ekspansi Barito Renewables ke dalam sektor energi angin, melengkapi rekam jejak yang sudah ada di sektor geothermal dan semakin menegaskan komitmen Perseraon untuk turut mengantarkan energi berkelanjutan di Indonesia.
“Penambahan portofolio tenaga angin ini merupakan contoh nyata keseriusan BREN dalam mengantarkan energi terbarukan untuk Indonesia terutama demi mencapai net zero target,” tambah Merly.
Perseroan mencatat pendapatan sebesar US$ 594,9 juta (+4,4% yoy), yang terutama disebabkan oleh peningkatan kapasitas listrik geotermal sebesar 3,4 persen dan penyesuaian tarif yang lebih tinggi di unit Salak, Darajat, dan Wayang Windu.
Komitmen BREN untuk menjaga keunggulan operasional sepenuhnya tercermin dalam realisasi capacity factor, yang tetap berada di atas 90 persen sepanjang tahun 2023 dan memperkuat posisi kuat geotermal sebagai energi terbarukan dengan energi baseload yang dapat diandalkan.