MarketNews.id Inovasi bisnis atau fokus pada produk yang sedang Naik daun, salah satu cara perusahaan agar terus bertumbuh walaupun tantangan terus berganti.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memasuki awal tahun ini, sudah mulai fokus pada bisnis emas belakangan ini harganya terus meroket dan menyentuh harga tertinggi.
Perpindahan fokus usaha saat sebenarnya bersamaan dengan produksi nikel perseroan masih alami kendala seiring perubahan regulasi dari Pemerintah berupa perubahan kebijakan rencana dan anggaran biaya (RKAB). Dari tujuh RKAB yang diajukan ANTM, atau Antam baru lima RKAB yang disetujui pemerintah.
Sejalan dengan itu, Antam memasang target penjualan emas sebanyak 36 ton pada 2024, naik 58 persen dari tahun lalu. Bisnis emas akan menjadi mesin arus kas Antam tahun ini selain nikel untuk mendanai ekspansi ke depan.
Mengutip Reuters, harga emas meroket hingga kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa pada Jumat 8/ Maret 2024. Harga emas di pasar spot naik 0,74 persen menjadi US$ 2.175,05 per ons, sedangkan kontrak berjangka emas Amerika Serikat (AS) naik 0,92 persen menjadi US$ 2.177,8 per ons.
“Manajemen Antam melihat peluang di bisnis perdagangan emas, seiring lonjakan harga komoditas ini. Sebab itu, perseroan berniat membuka lima toko emas, merilis produk baru, dan menggenjot penggunaan aplikasi penjualan digital,” keterangan manajemen Antam dalam ajang Mandiri Investment Forum 2024, baru-baru ini.
Sementara itu, lambannya perolehan persetujuan RKAB membuat produksi bijih nikel emiten berkode saham ANTM tersendat. Berdasarkan keterangan manajemen ANTM, produksi bijih nikel perseroan pada Januari dan Februari 2024 hanya mencapai 50 ribu ton dan 300 ribu ton.
ANTM menargetkan produksi bijih nikel hanya berkisar 1-2 juta ton pada kuartal I tahun ini atau hanya 5 persen dari target produksi 20,7 juta ton.
ANTM berharap dapat menggenjot produksi nikel menjadi berkisar 2-3 juta ton per bulan setelah memperoleh persetujuan seluruh RKAB. Adapun penjualan bijih nikel tahun ini ditargetkan mencapai 18,5 juta ton, naik 58 persen. Sementara itu, produksi feronikel ditargetkan tumbuh 2 persen menjadi 22 ribu ton.