MarketNews.id Seluruh indikator perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) alami penurunan signifikan. Mulai dari rata rata nilai transaksi harian, frekwensi transaksi, volume transaksi hingga Indeks saham semua kompak turun secara bersamaan.
Pelemahan perdagangan saham ini merupakan lanjutan penurunan pekan sebelumnya. Apalagi, pekan depan, perdagangan saham di BEI hanya berlangsung dua hari bursa. Sisa hari perdagangan di Akhir Juni ini diprediksi kuat akan alami tekanan jual dan dikhawatirkan pelemahan perdagangan akan terus berlanjut hingga akhir bulan.
Selama sepekan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau periode 19-23 Juni 2023, rata-rata nilai transaksi harian ( RNTH ) rontok hingga 16,35 persen menjadi Rp8,34 triliun dari Rp9,97 triliun per hari pada pekan sebelumnya.
Berdasarkan data perdagangan BEI yang dikutip di Jakarta, Minggu 25 Juni 2023, selama sepekan perdagangan, jumlah RNTH sempat hanya tercatat Rp7,84 triliun, yakni pada perdagangan 19 Januari 2023. Realisasi ini jauh berada di bawah target RNTH BEI pada 2023 sebesar Rp14,75 triliun.
Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian selama sepekan terakhir tercatat anjlok 17,27 persen menjadi 1.102.270 kali dari 1.332.322 kali transaksi per hari pada sepekan sebelumnya.
Kinerja negatif perdagangan saham selama sepekan terakhir juga terjadi pada data rata-rata volume transaksi harian yang hanya sebanyak 17,07 miliar saham atau melorot 8,86 persen dibanding sepekan sebelumnya yang mencapai mencapai 18,73 miliar saham per hari.
Penurunan kinerja transaksi tersebut menekan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) ke level 6.639 pada penutupan perdagangan akhir pekan ini atau menurun 0,88 persen dibanding penutupan akhir pekan sebelumnya di posisi 6.698.
Dengan demikian, nilai kapitalisasi pasar di BEI pada penutupan perdagangan akhir pekan ini menjadi Rp9.426,57 triliun atau merosot 0,84 persen dibanding penutupan perdagangan akhir pekan sebelumnya yang mencapai Rp9.506,69 triliun.
Pada perdagangan Jumat 23 Juni investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp693,61 miliar. Sehingga, total net buy asing tahun ini yang berakhir 23 Juni 2023 menjadi Rp16,02 triliun.
Selama sepekan perdagangan, BEI menerima pencatatan dua saham baru, dua sukuk, satu obligasi, satu waran dan satu Efek Beragun Aset Syariah (EBA Syariah).
Dua perusahaan melakukan pencatatan perdana (IPO) pekan ini adalah, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) dan PT Graha Mitra Asia Tbk (RELF) yang juga melakukan pencatatan waran (RELF-W). Sehingga, jumlah emiten baru yang mencatatkan saham di BEI pada tahun ini sudah sebanyak 44 Perusahaan Tercatat.
BEI menerima pencatatan Obligasi Berkelanjutan V Tahap III-2023 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap III-2023 senilai masing-masing Rp1,99 triliun dan Rp605 miliar yang diterbitkan PT Pegadaian (Persero).
Selain itu, PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) mencatatkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahap III-2023 senilai Rp500 miliar.
Selanjutnya, BEI menerima pencatatan perdana EBA Syariah berbentuk partisipasi yang diterbitkan oleh PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).
Dengan demikian, jumlah emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat tahun ini sebanyak 39 emisi dari 30 emiten senilai Rp44,85 triliun.
Maka, saat ini total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI mencapai 519 emisi, dengan nilai nominal outstanding Rp445,22 triliun dan USD47,5 juta yang diterbitkan oleh 127 emiten.
Sedangkan, jumlah Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat di BEI sebanyak 191 seri, dengan nilai nominal Rp5.536,74 triliun dan USD486,11 juta. Adapun jumlah Efek Beragun Aset (EBA) ada sebanyak sembilan emisi senilai Rp3,47 triliun.