Home / Otoritas / Bursa Efek Indonesia / Pertumbuhan Kredit Sektor Properti Di 2023 Diperkirakan Turun Jadi 6,25-7,25 Persen

Pertumbuhan Kredit Sektor Properti Di 2023 Diperkirakan Turun Jadi 6,25-7,25 Persen

MarketNews.id Terus naiknya suku bunga perbankan diperkirakan menghambat pertumbuhan kredit buat sektor properti tahun ini. PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF memperkirakan pertumbuhan kredit di sektor properti tahun ini alami penurunan dibanding tahun 2022 lalu sekitar 6,25 persen hingga 7,25 persen. Penurunan ini akan mengikuti langkah yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), semakin gencar BI menaikan suku bunga acuan, maka permintaan kredit di sektor properti akan melambat.

Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF memperkirakan pertumbuhan kredit di sektor properti tahun 2023 ini sebesar 6,25 – 7,25 persen. Asumsi ini lebih rendah dari realisasi di tahun 2022 lalu yang tumbuh 8,01 persen.

Chief Economist SMF, Martin Daniel Siyaranamual mengatakan, asumsi pertumbuhan kredit sektor perumahan di tahun 2023 masih akan menguntit dari tren suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI). Semakin gencar BI menaikkan suku bunga acuan maka permintaan kredit di sektor properti akan melambat.

“Pertumbuhan kredit perumahan di tahun 2023 masih akan berhubungan dengan arah kebijakan BI yaitu suku bunga acuan. Perkiraan saya ada di 6,25 – 7,25 persen (pertumbuhan kredit perumahan), tapi ini juga tergantung pada kondisi global,” ujar Martin dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa 7 Maret 2023.

Untuk kenaikan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7 DRRR ) di tahun 2023 ini diperkirakan akan mengalami kenaikan minimal tiga kali. Secara total asumsi kenaikan suku bunga acuan akan bertambah 100 basis poin hingga Desember 2023.

Adanya perubahan tingkat suku bunga bank sentral di banyak negara di dunia, lanjut Martin, dipicu oleh data inflasi yang cenderung meningkat karena terganggunya rantai pasok global. Di sisi lain ketidakpastian geopolitik di Eropa dan Timur Tengah juga menjadi faktor penentu arah kebijakan bank sentral yang terus berubah.

“Inilah yang memaksa banyak bank sentral di dunia menaikkan suku bunganya, termasuk di Indonesia,” lanjut Martin.

Terkait dengan tingkat pertumbuhan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) di Indonesia masih berperan kecil terhadap PDB. Meskipun dana stimulus dari APBN untuk sektor properti khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sangat besar.

Padahal di negara tetangga seperti Malaysia rasio KPR terhadap PDB mencapai 38,48 persen. Sementara di India mencapai 6,58 persen. Program – program perumahan yang digagas pemerintah dengan stimulus dan subsidi sementara ini hanya mampu menahan jumlah backlog yang stabil di level 12,72 juta.

“Uang yang sudah digelontorkan ke sektor perumahan tidak sedikit tapi sayangnya belum bisa mendorong peran terhadap PDB. Jadi perlu perbaikan kebijakan lain dari pemerintah,” tukasnya.

Check Also

INPP Jual 36,7 Persen Saham Kepada Hankyu Hanshin Properti Senilai Rp652, 65 Miliar

MarketNews.id- Indonesian Paradise Property(INPP) telah menjual 149.019.892 lembar atau   36,7 persen porsi kepemilikan saham pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *