Home / Otoritas / Bursa Efek Indonesia / Ashmore : Puncak Siklus Sudah Dekat, Valuasi Obligasi USD Masih Menarik

Ashmore : Puncak Siklus Sudah Dekat, Valuasi Obligasi USD Masih Menarik

MarketNews.id Bursa saham Indonesia mengakhiri pekan pertama Februari dengan mencatatkan kenaikan IHSG sebesar 0,31 persen ke level 6.912, lebih tinggi dari akhir pekan sebelumnya di posisi 6.899. Namun investor asing ekuitas membukukan arus keluar dana sebesar USD 31 juta dalam seminggu terakhir.

PT Ashmore mencatat, beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi pergerakan dana di pasar modal dalam dan luar negeri.

Apa yang terjadi dalam sepekan terakhir?
IHSG pada pekan ini ditutup menguat dibandingkan pekan sebelumnya, terutama didorong oleh sektor Teknologi dan Kesehatan yang masing-masing menyumbang 5,2 persen dan 3,1 persen.

Rilis data inflasi Indonesia terbaru menunjukkan angka yang lebih rendah dari bulan sebelumnya, mencerminkan penurunan suku bunga secara keseluruhan dari puncaknya pada Agustus 2022. Tingkat inflasi saat ini masih berada di atas target BI sebesar 2-4 persen. Sementara itu, inflasi inti berada pada level terendah dalam 4 bulan sebesar 3,27 persen.

Apa yang mungkin diharapkan setelah kenaikan The Fed?
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, seperti yang diperkirakan secara luas oleh pasar. The Fed terus mengindikasikan bahwa suku bunga masih perlu naik lebih lanjut dan akan tetap tinggi setidaknya sepanjang tahun 2023.

“Kami mempertahankan suku bunga The Fed yang diperkirakan akan mencapai puncaknya di 5,0-5,25 persen tahun ini dan meyakini puncak siklus sudah dekat. Dalam pandangan kami, The Fed mengadopsi sikap yang lebih netral dari kecenderungan kebijakan yang  hawkish ,” ungkap Ashmore.

Ashmore menyatakan tetap optimis dengan berhati-hati untuk pasar keuangan pada tahun 2023. Ashmore juga memandang, minat berisiko yang positif didorong oleh pembukaan kembali China, skenario  soft landing  global, valuasi pasar, serta bauran kebijakan yang tepat dapat mendorong ekuitas lebih tinggi, bersama dengan puncak siklus peningkatan suku bunga yang meningkatkan daya tarik obligasi.

“Likuiditas perbankan Indonesia tetap cukup, sementara kelebihan kas pemerintah akan memungkinkan mereka untuk mengurangi pasokan obligasi lebih lanjut untuk mengkompensasi ketiadaan partisipasi BI dalam skema pembagian beban tahun 2022,” papar Ashmore.

Menurut Ashmore, persentase kepemilikan asing pada obligasi pemerintah saat ini sekitar 15,1 persen, lebih rendah dari rata-rata historis lima dan sepuluh tahun sebelumnya masing-masing sebesar 26,8 persen dan 37,9 persen.

Selain itu, imbal hasil USDT 10Y dan INDO10Y saat ini tetap di atas rata-rata historis lima tahun setidaknya 100 bps dan masing-masing tersisa 1 standar deviasi di atas rata-rata. Untuk alasan ini, kami terus melihat valuasi yang menarik pada obligasi USD.

Check Also

Laba Medco Energy (MEDC) Naik 11,21 Persen Di 2024 Jadi USD367,35 Juta.

MarketNews.id-Medco Energi Internasional (MEDC), membukukan pertumbuhan pendapatan 6,6 persen secara tahunan menjadi USD2,399 miliar pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *