Home / Otoritas / Bank Indonesia / Tim Analis Indo Premier : Investasi Melempem, Pertumbuhan Ekonomi RI Di Kuartal IV Melambat

Tim Analis Indo Premier : Investasi Melempem, Pertumbuhan Ekonomi RI Di Kuartal IV Melambat

MarketNews.id Pertumbuhan ekonomi RI di kuartal IV 2022 (4Q22) diperkirakan melambat menjadi 5,0% (Yoy) dibandingkan dengan +5,7% di 3Q22 (YoY). Pertumbuhan ekonomi yang melambat ini sebagian besar akibat investasi yang juga melambat menjadi 2,8% (YoY) di 4Q22 vs 5,0% (YoY) di 3Q22.


Sepanjang 4Q22 penjualan semen turun lebih dalam -11% (Yoy) vs -5% (YoY) di 3Q22 yang mengindikasikan aktivitas konstruksi yang lebih rendah. Berlawanan dengan hal tersebut kredit investasi yang masih naik 12,4% (YoY) vs +9,9% (YoY) di 3Q22. Di saat yang sama penjualan mobil juga melambat menjadi +12% (YoY) di 4Q vs +21% (YoY) di 3Q.

Sementara itu penjualan sepeda motor melonjak menjadi +24% yoy (+4% yoy di 3Q22), menunjukkan pengeluaran yang lebih kuat dari pendapatan menengah ke bawah rumah tangga. Terakhir, belanja modal pemerintah turun menjadi -4,8% yoy (+4,9% yoy di 3Q22), karena fokus kebijakan fiskal lebih ke arah bantuan sosial.

Di sisi lain Tim Analis Indo Premier melihat konsumsi meningkat 4,4% (YoY) pada 4Q vs +4,3% (YoY) di 3Q22. Konsumsi pemerintah menjadi penopang utama terlihat dari kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 1,4% (YoY) vs -2,9% (YoY) pada 3Q22.

Pengeluaran pemerintah untuk bantuan sosial melonjak sebesar +208% yoy (+13% yoy di 3Q22), menunjukkan situasi keuangan rumah tangga berpendapatan rendah yang lebih kuat. Di sisi lain, konsumsi swasta melambat menjadi 5,0% yoy (+5,4% yoy di 3Q22).

Selama triwulan ini, indeks kepercayaan konsumen (IKK) turun menjadi 120 poin vs indeks di level 122 pada 3Q22. Sedangkan indeks penjualan eceran tumbuh lebih lambat di +2% yoy (+5% yoy di 3Q22). “Kami yakin konsumsi swasta di awal 4Q22 masih dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM,” urai Tim Analis tersebut.

Ekspor neto diproyeksikan melambat menjadi +13,3% yoy di 4Q22 (+17,6% yoy di 3Q22), karena ekspor dan impor tumbuh lebih rendah secara signifikan di +8% yoy (+27,3% yoy di 3Q22) dan +1,9% yoy (+ 31,4% yoy di 3Q22). Hal ini disebabkan oleh normalisasi harga komoditas ekspor utama yang dipimpin oleh harga batubara. Harga komoditas batubara naik +107% yoy (vs +152% yoy di 3Q22), harga CPO -17,9% yoy (vs -31,3% yoy di 3Q22) dan barang logam dasar di -11,4% yoy (-12,5% yoy di 3Q22).

Tim Analis Indo Premier yakin pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,4% yoy di FY23 (+5,3% yoy di FY22). Pertumbuhan ekonomi di 2023 berpotensi didukung oleh tahun politik yang dapat mendorong konsumsi yang lebih kuat saat kegiatan kampanye.

Setidaknya akan ada Rp366 triliun (2,2% dari PDB) sirkulasi uang untuk pengeluaran terkait kampanye. Juga karena faktor Pemerintah akan mempercepat penyelesaian semua proyek sebelum jangka waktu berakhir, tercermin dari anggaran infrastruktur yang lebih tinggi (+5% yoy/Rp392 triliun di FY23 vs. -7,5% yoy/Rp373 triliun di FY22). Faktor berikutnya adalah dampak setahun penuh pada pendidikan tatap muka.

Check Also

Bank BCA Akhirnya Siapkan Dana Rp1 Triliun Buat Buyback Sahamnya Dari Pasar

MarketNews.id- Bank Central Asia (BBCA), alokasikan kas sebesar Rp1 triliun guna mewujudkan terciptanya kegiatan pasar …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *