MarketNews.id Ada tiga target utama yang telah disusun oleh manajemen PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) untuk memperbaiki kinerja dan mencapai performa keuangan yang lebih baik. Bank ini bercita-cita menjadi bank bersih pada 2023 dengan menjual kredit macet sekitar Rp 10 triliun secara bulk sales. Langkah di atas, sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki kinerja dan mencapai performa keuangan yang lebih baik.
Direktur Keuangan PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) Seng Hyup Shin menargetkan Bank Bukopin dapat menjadi bank bersih dengan kinerja Pre-Provision Operation Profit (PPOP) yang positif pada 2023.
“Untuk tahun 2023 ada tiga target utama yang telah kita susun. Target pertama, kita melakukan penanganan terhadap kredit macet dan menjadikan Bank Bukopin sebagai green bank dengan tingkat LAR (Loan at Risk) dan NPL (Non Performing Loan) selevel industri,” katanya dalam Public Expose yang dipantau di Jakarta, Rabu.
LAR Bank KB Bukopin ditargetkan akan berada di bawah 20 persen pada akhir 2023 dan NPL juga terjaga di bawah 5 persen dengan serangkaian strategi yang akan dijalankan untuk membenahi bad loan.
Adapun LAR dan NPL Bank KB Bukopin pada September 2022 masing-masing tercatat sebesar 52,80 persen dan 8,15 persen.
Bank KB Bukopin berencana menjadi bank bersih sesuai dengan ketentuan regulator dengan menjual kredit macet sekitar Rp10 triliun secara bulk sales melalui dua cara yaitu likuidasi tertentu dan obligasi syariah.
Bank KB Bukopin juga menargetkan akan mencatatkan PPOP positif pada 2023 dimana pada September 2022 PPOP Bank KB Bukopin telah mengalami perbaikan dari minus Rp1,2 triliun pada September 2021 menjadi minus Rp489 miliar.
Seperti diketahui selama sembilan bulan pertama tahun ini, PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) mencatatkan rugi bersih tahun berjalan (konsolidasian) mencapai Rp2,63 triliun atau meroket 629 persen dibanding rugi bersih pada periode yang sama di 2021 senilai Rp361,1 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip dari situs resmi BBKP, Kamis 29 Desember 2022 jumlah pendapatan bunga bersih KB Bukopin per Kuartal III-2022 tercatat sebesar Rp882,54 miliar atau mengalami kenaikan 44,41 persen dibanding per Kuartal III-2021 yang senilai Rp611,15 miliar.
Namun, beban operasional lainnya yang dicatatkan BBKP per 30 September 2022 mencapai Rp4,19 triliun atau melonjak signifikan dibanding periode yang sama di 2021 sebesar Rp989,76 miliar. Sehingga, rugi operasional BBKP per Kuartal III-2022 menjadi Rp3,31 triliun atau melambung 773,13 persen dibanding rugi operasional per Kuartal III-2021 yang sebesar Rp378,61 miliar.
Adapun jumlah rugi sebelum pajak per 30 September 2022 tercatat sebesar Rp3,36 triliun atau mengalami kenaikan dibanding per 30 September 2021 yang senilai Rp444,97 miliar.
Dengan adanya beban pajak tangguhan per Kuartal III-2022 yang sebesar Rp732,57 miliar, maka rugi bersih tahun berjalan (konsolidasian) yang dicatatkan BBKP menjadi Rp2,63 triliun. Seperti diketahui, rugi bersih BBKP per Kuartal III-2021 hanya sebesar Rp361,1 miliar.
Akibat peningkatan rugi bersih tersebut, akumulasi rugi (defisit) BBKP per 30 September 2022 menjadi Rp6,43 triliun. Karena, pada neraca keuangan perseroan tercatat jumlah rugi tahun-tahun sebelumnya sudah mencapai Rp3,8 triliun.
Sementara itu, total penyaluran kredit BBKP per Kuartal III-2022 hanya senilai Rp46,7 triliun atau melorot 13,9 persen (year-on-year). Tetapi, jumlah pembiayaan syariah per 30 September 2022 tercatat meningkat 19,91 persen (y-o-y) menjadi Rp5,12 triliun.
Sementara penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) per 30 September 2022 tercatat senilai Rp49,29 triliun atau mengalami penurunan sebesar 11,7 persen (y-o-y).
Per 30 September 2022, tingkat kredit macet (NPL) gross BBKP mencapai 8,63 persen atau lebih tinggi dibanding periode yang sama di 2021 sebesar 8,15 persen. Namun, rasio net interest margin per Kuartal III-2022 tercatat meningkat menjadi 1,4 persen dibanding per Kuartal III-2021 yang sebesar 0,91 persen.
Hingga akhir Kuartal III-2022, total liabilitas BBKP tercatat membengkak menjadi Rp76,55 triliun dari Rp76,01 triliun. Sedangkan, jumlah ekuitas per akhir September 2022 tercatat menurun menjadi Rp10,52 triliun dari Rp13,21 triliun per 31 Desember 2021.