MarketNews.id Pasar surat utang tahun 2023 mendatang diperkirakan tidak jauh berbeda dengan tahun ini. Bahkan tidak sedikit pendapat mengatakan pasar obligasi akan alami penurunan sejalan dengan semakin naiknya tingkat bunga.
Mencermati perkembangan obligasi korporasi dalam beberapa tahun terakhir, jumlah obligasi yang akan diterbitkan oleh obligor relatif sama bila melihat kecenderungan melunasi obligasi jatuh tempo dengan menerbitkan obligasi baru.Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan nilai total penerbitan obligasi pada 2023 akan turun dibanding nilai penerbitan pada tahun ini yang telah mencapai Rp157 triliun
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan nilai total penerbitan obligasi pada 2023 akan turun dibanding nilai penerbitan pada tahun ini yang telah mencapai Rp157 triliun.
Ekonom Pefindo Suhindarto, menerangkan penerbitan surat utang di tahun 2023 akan didorong nilai jatuh tempo obligasi pada 2023 mencapai Rp 126,3 triliun sehingga butuh pembiayaan ulang.
“Pefindo sendiri berpandangan bahwa untuk penerbitan di tahun 2023 sendiri arahnya tidak akan lebih tinggi dibandingkan 2022,” taksir Suhindarto dalam paparan media secara daring, Selasa 6 Desember 2022. Selain faktor tersebut, kata dia, penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2023 juga akan disokong pertumbuhan ekonomi.
“Adapun sektor yang akan menopang penerbitan obligasi tahun depan datang dari industri keuangan seperti perbankan dan pembiayaan,” tutur dia.
Hanya saja dia mengingatkan ada faktor risiko, seperti bisnis menunda investasi dan sikap menunggu mendekati pemilu 2024, suku bunga yang lebih tinggi seiring dengan berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter.
Konsumsi mungkin melemah dari proyeksi seiring dengan suku bunga dan inflasi yang lebih tinggi, premi risiko naik karena leverage naik akibat bunga lebih tinggi, meningkatkan spread yield obligasi korporasi.
Sementara itu, sampaikan dengan November 2022, Pefindo mencatat penerbitan surat utang secara nasional mencapai angka Rp 156,03 triliun, yang terdiri atas BUMN sebesar Rp 58,61 triliun dan non-BUMN Rp 97,42 triliun.