MarketNews.id Optimisme dunia bisnis dari kalangan jasa pengangkutan Migas dan turunannya semakin kuat dalam menghadapi bisnis di 2023 mendatang. PT GTS Internasional Tbk (GTSI) memproyeksikan pendapatan pada akhir 2022 mencapai USD41 juta dengan laba bersih sebesar USD5,5 juta.
Optimisme di atas tidak lepas dari masih tingginya harga Migas dampak dari konflik Rusia- Ukraina yang hingga kini masih berlangsung. Peluang angkutan Migas khususnya LNG jadi peluang besar mengingat belum ada pemain lokal yang menyerupai bisnis GTSI.
PT GTS Internasional Tbk (GTSI) memproyeksikan pendapatan pada akhir tahun ini mencapai USD41 juta dan laba mencapai USD5,5 juta.
Direktur GTSI, Dandun Widodo, merasa optimis kinerja perseroan akan membaik pada 2023.
“Faktor pendorongnya adalah seluruh kapal yang dimiliki GTSI tahun ini akan full utilisasi yaitu 100 persen disewa pencharter,” kata Dandun dalam public expose melalui pengumuman di situs BEI, Selasa 27 Desember 2022.
Menurunya, tahun depan GTSI akan mengalokasikan capex sebesar USD24 juta. Selain itu, perseroan akan membeli 1 LNG Carrier dengan nilai antara USD10 juta – USD15 juta. Ini akan dikonversi menjadi FSRU dengan biaya konversi antara USD8 juta – USD9 juta. “Rencananya FSRU ini baru akan terutilisasi pada kuartal III-2023,” ujar Dandun.
Direktur Utama GTSI, Tammy Meidharma, mengatakan bahwa seluruh perusahaan tambang wajib melakukan hilirisasi. Artinya selain membangun berbagai smelter, juga akan dibangun berbagai pembangkit listrik yang membutuhkan bahan baku gas.
“Ini membutuhkan infrastruktur LNG yang menjadi peluang bagi kami. Dalam dua atau tiga tahun ke depan, kami akan menyiapkan FSRU kecil maupun kapal kapal kecil,” tutup Tammy.